Kamis, 25 Agustus 2016

Mengingat

Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu. —Mazmur 119:11

Salah satu ketakutan yang dialami seiring dengan usia yang semakin lanjut adalah penyakit demensia (kemerosotan fungsi otak) dan hilangnya memori jangka pendek. Namun Dr. Benjamin Mast, seorang ahli penyakit Alzheimer, memberikan informasi yang membesarkan hati. Ia berkata bahwa otak pasien yang menderita demensia sudah begitu sering “digunakan” dan “terbiasa” sehingga ketika mendengar sebuah pujian lama, mereka bisa ikut menyanyikan setiap lirik dari lagu itu. Ia menyatakan bahwa disiplin rohani seperti membaca Kitab Suci, berdoa, dan menyanyikan puji-pujian, dapat “menanamkan” kebenaran dalam otak kita. Kebenaran itu bisa diakses kapan saja ketika ingatan itu dipicu.

Di Mazmur 119:11, kita membaca bagaimana menyimpan firman Allah dalam hati dapat mencegah kita dari berbuat dosa. Hal itu dapat meneguhkan kita, mengajarkan kita ketaatan, dan mengarahkan langkah kita (ay.28,67,133). Pada akhirnya semua itu akan memberi kita pengharapan dan pengertian (ay.49,130). Bahkan ketika kita mulai menyadari bahwa daya ingat kita atau orang yang kita kasihi terus menurun, firman Allah yang telah diingat bertahun-tahun sebelumnya tetap akan tertanam atau tersimpan dalam hati (ay.11). Meskipun pikiran kita tidak lagi setajam saat masih muda, kita tahu bahwa firman Allah yang tersimpan dalam hati akan terus berbicara kepada kita.

Tidak ada sesuatu pun—bahkan ingatan yang melemah sekalipun—dapat memisahkan kita dari kasih dan pemeliharaan Allah. Itulah janjiNya kepada kita. —Cindy Hess Kasper

Tuhan, Engkaulah Penghibur yang luar biasa bagi kami. Terima kasih karena keselamatan dan kerohanian kami tidak tergantung pada ingatan dan tubuh kami yang lemah, melainkan kepada diri-Mu dan kesetiaan-Mu pada firman-Mu.

Janji Allah tidak pernah gagal.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 119:1-881 Korintus 7:20-40
(WarungSaTeKaMu)

Selasa, 22 Maret 2016

Doa Bapa Kami



Selasa, 22 MARET 2016
Matius 6:5-15

Doa-doa yang didorong oleh kemarahan, keegoisan atau ketidakpercayaan bukanlah doa yang baik. Bila kita berdoa agar orang lain dikutuk (Maz. 109:8-12), kita memperlihatkan kurangnya rahmat dan belas kasihan kita. Bila kita mencari berkat kelimpahan pribadi, kita mempertontonkan keegoisan kita. Bila kita yakin bahwa kata-kata atau tindakan-tindakan tertentu akan juga menghasilkan hasil-hasil tertentu, kita membuat doa menjadi suatu perbuatan sihir. Bila doa dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, kita menjadikan Allah sebagai seorang yang sibuk melayani pesanan kita. 

Harus kita mulai dengan doa seperti Mazmur 139:23-24

Kadang kita juga terjebak dengan bagaimana cara berdoa, berdoa berlutut, berdoa tangan menengadah, berdoa tutup mata dengan sikap membungkuk, sikap tertelungkup....doa dengan tidak bersuara (kita ngak tahu ini doa apa ngantuk).....doa dengan suara nyaring (kita juga ngak tahu apakah yang berdoa mengerti apa yang diucapkan)..... dan masih banyak lagi. Namun doa bukanlah cara saya berdoa, atau bagaimana saya berdoa kepada Tuhan....jangan terjebak di cara dan bentuk doa, juga bukanlah bagaimana kata-kata dan rumusan yang tepat untuk menyapa Allah.

Doa adalah masalah kerendahan hati dan kepercayaan. Apakah kita mengakui ketergantungan total kita kepada Allah? Apakah kita percaya bahwa Allah akan setia mencukupi kebutuhan kita – khususnya bila hidup ini membawa kita ke titik terendah dalam hidup kita? Apakah doa-doa kita adalah yang membenarkan diri sendiri? (Lukas 18:11-12)

Doakan bukanlah masalah apakah doa saya mempengaruhi Allah, melainkan bagaimana kita mengizinkan Allah mempengaruhi hidup kita. Sebuah doa yang disusun dengan baik tidak akan bernilai bila kata-kata kita tidak sejalan dengan hati kita. “Lebih baik berdoa dengan hati tanpa kata-kata dari pada doa dengan banyak kata-kata tanpa hati”.

Sikap hati yang apa adanya dan bukan ada apanya, terbuka, dan sadar akan siapa saya di hadapan DIA ALLAH YANG MAHA KUDUS DAN MULIA, inilah saat saya ingin mendengarkan suara Allah. Begitu mendengar suara-Nya, saya jauh lebih tertarik pada apa yang Allah hendak katakan kepada saya daripada apa yang akan saya katakan kepada Allah.

Doa Bapa Kami mengajarkan kita:

  • Doa ini mengingatkan kepada kita pada apa yang sering kita lupakan yaitu hubungan  kita yang dengan Bapa kita harusnya lebih penting dari apapun juga
  • Doa ini mengajarkan bahwa Dia bisa diandalkan, Dia BAPA kita.
  • Doa bukanlah sekedar daftar keluhan, permohonan dan tuntutan. Doa ini merupakan sebuah janji ketimbang sebuah permohonan
  • Doa adalah kesempatan bagi Allah untuk mengajarkan cara mencintai hidup dan hidup tidak egois. Kita diberkati supaya kita pun menjadi berkat bagi orang lain.
  • Doa merindukan suatu pemulihan kembali dari hubungan kita baik dengan Allah dan sesama
  • Doa mengakui ketergantungan kita kepada Allah dan kebutuhan kita untuk bebas dari godaan dan ketamakan akan emas
  • Doa tersebut bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan suatu permulaan. Doa adalah jatuh cinta kepada sosok yang oleh Yesus disebut “BAPA".