Selasa, 22 MARET 2016
Matius 6:5-15
Doa-doa yang didorong oleh kemarahan, keegoisan atau
ketidakpercayaan bukanlah doa yang baik. Bila kita berdoa agar orang lain
dikutuk (Maz. 109:8-12), kita memperlihatkan kurangnya rahmat dan belas kasihan
kita. Bila kita mencari berkat kelimpahan pribadi, kita mempertontonkan
keegoisan kita. Bila kita yakin bahwa kata-kata atau tindakan-tindakan tertentu
akan juga menghasilkan hasil-hasil tertentu, kita membuat doa menjadi suatu
perbuatan sihir. Bila doa dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan apa yang
kita inginkan, kita menjadikan Allah sebagai seorang yang sibuk melayani
pesanan kita.
Harus kita mulai dengan doa seperti Mazmur 139:23-24
Kadang kita juga terjebak dengan bagaimana cara berdoa, berdoa
berlutut, berdoa tangan menengadah, berdoa tutup mata dengan sikap membungkuk,
sikap tertelungkup....doa dengan tidak bersuara (kita ngak tahu ini doa apa
ngantuk).....doa dengan suara nyaring (kita juga ngak tahu apakah yang berdoa
mengerti apa yang diucapkan)..... dan masih banyak lagi. Namun doa bukanlah
cara saya berdoa, atau bagaimana saya berdoa kepada Tuhan....jangan terjebak di
cara dan bentuk doa, juga bukanlah bagaimana kata-kata dan rumusan yang tepat
untuk menyapa Allah.
Doa adalah masalah kerendahan hati dan kepercayaan. Apakah kita
mengakui ketergantungan total kita kepada Allah? Apakah kita percaya bahwa
Allah akan setia mencukupi kebutuhan kita – khususnya bila hidup ini membawa
kita ke titik terendah dalam hidup kita? Apakah doa-doa kita adalah yang
membenarkan diri sendiri? (Lukas 18:11-12)
Doakan bukanlah masalah apakah doa saya mempengaruhi Allah,
melainkan bagaimana kita mengizinkan Allah mempengaruhi hidup kita.
Sebuah doa yang disusun dengan baik tidak akan bernilai bila kata-kata kita tidak
sejalan dengan hati kita. “Lebih baik berdoa dengan hati tanpa
kata-kata dari pada doa dengan banyak kata-kata tanpa hati”.
Sikap hati yang apa adanya dan bukan ada apanya, terbuka, dan sadar
akan siapa saya di hadapan DIA
ALLAH YANG MAHA KUDUS DAN MULIA, inilah saat saya ingin mendengarkan suara
Allah. Begitu mendengar suara-Nya, saya jauh lebih tertarik pada apa yang
Allah hendak katakan kepada saya daripada apa yang akan saya katakan kepada
Allah.
Doa Bapa Kami mengajarkan kita:
- Doa ini mengingatkan kepada kita pada apa yang
sering kita lupakan yaitu hubungan kita
yang dengan Bapa kita harusnya lebih penting dari apapun juga
- Doa ini mengajarkan bahwa Dia bisa diandalkan,
Dia BAPA kita.
- Doa bukanlah sekedar daftar keluhan, permohonan
dan tuntutan. Doa ini merupakan sebuah janji ketimbang sebuah permohonan
- Doa adalah kesempatan bagi Allah untuk
mengajarkan cara mencintai hidup dan hidup tidak egois. Kita diberkati supaya
kita pun menjadi berkat bagi orang lain.
- Doa merindukan suatu pemulihan kembali dari
hubungan kita baik dengan Allah dan sesama
- Doa mengakui ketergantungan kita kepada Allah
dan kebutuhan kita untuk bebas dari godaan dan ketamakan akan emas
- Doa tersebut bukanlah akhir dari perjalanan,
melainkan suatu permulaan. Doa adalah jatuh cinta kepada sosok yang
oleh Yesus disebut “BAPA".