Kamis, 24 September 2015
Selasa, 22 September 2015
PERAN PEMUDA DALAM MISI PERKOTAAN
A. Peran Pemuda dalam Pelayanan Berdasarkan Firman Tuhan
Allah memiliki misi yang luar biasa bagi manusia. Misi Allah tidak berhenti sampai menyelamatkan manusia, tetapi Allah juga ingin agar orang yang telah diselamatkan dapat menjadi murid-Nya. Misi itu telah diproklamirkan dalam Amanat Agung-Nya: "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Matius 28:19-20). Amanat Agung tersebut bukan hanya menjadi tanggung jawab kedua belas murid, tetapi merupakan tugas dan tanggung jawab orang percaya sepanjang abad dan di segala tempat. Dari anak-anak sampai yang lanjut usia, semuanya mendapat kesempatan untuk melakukan misi Allah. Namun, sering kali pemuda dianggap remeh karena belum memiliki pengalaman hidup yang banyak, bahkan firman Tuhan mengatakan dalam 1 Timotius 4:12, "Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu."
Allah mengerti pergumulan seorang muda, seperti Timotius, yang memberitakan kebenaran Tuhan. Pada umumnya, orang melihat dari luar, tetapi Allah memakai seseorang untuk melihat hati orang yang lain. Karena itu, Allah, melalui Paulus, mengajarkan agar pemuda menjadi teladan bagi orang percaya dalam kemudaannya. Fakta membuktikan bahwa perubahan yang terus terjadi dalam sistem dan kultur suatu negara tidak dapat dilepaskan dari ide-ide pemikiran dan pergerakan kaum intelektual kampus. Dengan kata lain, generasi muda sangat berpengaruh dalam perkembangan negara dan secara otomatis dalam pertumbuhan gereja pun pemuda memiliki pengaruh yang besar.
Generasi mudalah yang akan meneruskan kehidupan bangsa dan pertumbuhan gereja. Generasi muda juga menjadi fokus untuk dilayani dan melayani karena melalui pemuda, gereja dapat menjangkau pemuda-pemuda di luar gereja yang belum mengenal Kristus.
B. Bentuk Pelayanan yang Dapat Dijangkau oleh Pemuda dalam Misi Perkotaan
Banyak hal yang dapat dilakukan pemuda dalam melakukan pelayanan misi perkotaan. Dalam kehidupan perkotaan yang semakin merosot, pemuda dapat terlibat dalam memulihkan kemerosotan tersebut dengan kemampuan intelektualnya. Beberapa bentuk pelayanan tersebut adalah berikut ini.
1. Menjangkau anak-anak jalanan.
Pemuda memiliki hidup yang tidak jauh dengan anak-anak jalanan. Pemuda lebih mengerti hal yang dihadapi oleh anak-anak jalanan dan dengan cara yang bersahabat, pemuda dapat menjadi terang bagi anak-anak jalanan. Anak-anak jalanan ini tidak memiliki seseorang yang mengerti akan keberadaannya di dunia. Anak-anak ini haus akan perhatian dan kasih sayang.
Anak jalanan tidak hanya berasal dari keluarga yang tidak mampu. Anak-anak jalanan ini juga ada yang berasal dari keluarga mampu dan kaya, tetapi memiliki keluarga yang tidak harmonis dan mereka melampiaskan kesedihannya dengan berada di jalanan. Mereka merasa tidak ada yang mengerti dirinya. Anak jalanan juga bisa berasal dari keluarga yang tidak mampu sehingga mereka hidup di jalan dan tidak menempuh pendidikan karena ketidakmampuan perekonomian keluarga bahkan ketidakmampuan hatinya untuk belajar. Pemuda Kristen dapat menjangkaunya selain dengan bersahabat, yakni dengan mengajari anak jalanan ini atau membantu anak-anak ini belajar.
2. Melakukan pemuridan.
Pemuridan bukanlah cara yang asing dalam menjangkau kaum muda. Melalui pemuridan, gereja menyiapkan sumber daya manusia yang berintegritas dan berkualitas. Melalui pemuridan, orang-orang percaya mengajarkan kebenaran firman Tuhan kepada orang yang dimuridkan, dan pengaderan kepada muridnya untuk memuridkan. Dua hal yang menunjang dalam pertumbuhan gereja berada dalam pemuridan, yakni meningkatkan kualitas dan kuantitas orang percaya. Pemuridan yang terdiri dari beberapa orang saja mempermudah mengerti antara seseorang dengan yang lainnya, terjadi interaksi saling membangun, dan mengontrol antara satu dengan yang lain dalam hidup turut sejalan dengan perintah Tuhan. Namun, dalam pemuridan juga dapat menjangkau orang-orang yang belum percaya untuk mengenal Tuhan.
C. Kesimpulan.
Di balik kehidupan perkotaan yang megah, terdapat kemiskinan di pinggiran kota. Perpindahan penduduk untuk mengadu nasib di kota membuat kota semakin padat dan lapangan pekerjaan semakin sedikit. Kepadatan bukan hanya dari pendatang yang semakin bertambah, tetapi juga kelahiran dari pendatang, yang menjadikan kemiskinan semakin besar dan serasa susah untuk dientas. Ketika gereja harus menghadapi tantangan kehidupan di kota, gereja berusaha melakukan misinya bukan hanya di tempat-tempat terpencil, melainkan juga di sekitarnya.
Melalui pemuda yang menjadi penerus bangsa, gereja menjangkau orang-orang muda yang lainnya untuk mendidik dan membawa pada kebenaran yang sejati. Membentuk sumber daya manusia yang berkualitas melalui generasi muda untuk mengentaskan dari kemiskinan agar tidak terus berlarut-larut.
Pemuda yang dianggap remeh dan tidak memiliki pengalaman hidup sebenarnya memiliki pengalaman yang tidak ternilai ketika mengenal Juru Selamatnya dan membawa teman-temannya untuk mengenal Kebenaran itu.
Diambil dan disunting dari:
Nama situs: SABDA Space
Alamat URL: http://sabdaspace.org/dedikasi_pemuda_kristen_dalam_misi_perkotaan
Judul asli artikel: Dedikasi Pemuda Kristen dalam Misi Perkotaan
Penulis artikel: Febe Mega Lestary
Tanggal akses: 25 Juni 2015
Allah memiliki misi yang luar biasa bagi manusia. Misi Allah tidak berhenti sampai menyelamatkan manusia, tetapi Allah juga ingin agar orang yang telah diselamatkan dapat menjadi murid-Nya. Misi itu telah diproklamirkan dalam Amanat Agung-Nya: "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Matius 28:19-20). Amanat Agung tersebut bukan hanya menjadi tanggung jawab kedua belas murid, tetapi merupakan tugas dan tanggung jawab orang percaya sepanjang abad dan di segala tempat. Dari anak-anak sampai yang lanjut usia, semuanya mendapat kesempatan untuk melakukan misi Allah. Namun, sering kali pemuda dianggap remeh karena belum memiliki pengalaman hidup yang banyak, bahkan firman Tuhan mengatakan dalam 1 Timotius 4:12, "Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu."
Allah mengerti pergumulan seorang muda, seperti Timotius, yang memberitakan kebenaran Tuhan. Pada umumnya, orang melihat dari luar, tetapi Allah memakai seseorang untuk melihat hati orang yang lain. Karena itu, Allah, melalui Paulus, mengajarkan agar pemuda menjadi teladan bagi orang percaya dalam kemudaannya. Fakta membuktikan bahwa perubahan yang terus terjadi dalam sistem dan kultur suatu negara tidak dapat dilepaskan dari ide-ide pemikiran dan pergerakan kaum intelektual kampus. Dengan kata lain, generasi muda sangat berpengaruh dalam perkembangan negara dan secara otomatis dalam pertumbuhan gereja pun pemuda memiliki pengaruh yang besar.
Generasi mudalah yang akan meneruskan kehidupan bangsa dan pertumbuhan gereja. Generasi muda juga menjadi fokus untuk dilayani dan melayani karena melalui pemuda, gereja dapat menjangkau pemuda-pemuda di luar gereja yang belum mengenal Kristus.
B. Bentuk Pelayanan yang Dapat Dijangkau oleh Pemuda dalam Misi Perkotaan
Banyak hal yang dapat dilakukan pemuda dalam melakukan pelayanan misi perkotaan. Dalam kehidupan perkotaan yang semakin merosot, pemuda dapat terlibat dalam memulihkan kemerosotan tersebut dengan kemampuan intelektualnya. Beberapa bentuk pelayanan tersebut adalah berikut ini.
1. Menjangkau anak-anak jalanan.
Pemuda memiliki hidup yang tidak jauh dengan anak-anak jalanan. Pemuda lebih mengerti hal yang dihadapi oleh anak-anak jalanan dan dengan cara yang bersahabat, pemuda dapat menjadi terang bagi anak-anak jalanan. Anak-anak jalanan ini tidak memiliki seseorang yang mengerti akan keberadaannya di dunia. Anak-anak ini haus akan perhatian dan kasih sayang.
Anak jalanan tidak hanya berasal dari keluarga yang tidak mampu. Anak-anak jalanan ini juga ada yang berasal dari keluarga mampu dan kaya, tetapi memiliki keluarga yang tidak harmonis dan mereka melampiaskan kesedihannya dengan berada di jalanan. Mereka merasa tidak ada yang mengerti dirinya. Anak jalanan juga bisa berasal dari keluarga yang tidak mampu sehingga mereka hidup di jalan dan tidak menempuh pendidikan karena ketidakmampuan perekonomian keluarga bahkan ketidakmampuan hatinya untuk belajar. Pemuda Kristen dapat menjangkaunya selain dengan bersahabat, yakni dengan mengajari anak jalanan ini atau membantu anak-anak ini belajar.
2. Melakukan pemuridan.
Pemuridan bukanlah cara yang asing dalam menjangkau kaum muda. Melalui pemuridan, gereja menyiapkan sumber daya manusia yang berintegritas dan berkualitas. Melalui pemuridan, orang-orang percaya mengajarkan kebenaran firman Tuhan kepada orang yang dimuridkan, dan pengaderan kepada muridnya untuk memuridkan. Dua hal yang menunjang dalam pertumbuhan gereja berada dalam pemuridan, yakni meningkatkan kualitas dan kuantitas orang percaya. Pemuridan yang terdiri dari beberapa orang saja mempermudah mengerti antara seseorang dengan yang lainnya, terjadi interaksi saling membangun, dan mengontrol antara satu dengan yang lain dalam hidup turut sejalan dengan perintah Tuhan. Namun, dalam pemuridan juga dapat menjangkau orang-orang yang belum percaya untuk mengenal Tuhan.
C. Kesimpulan.
Di balik kehidupan perkotaan yang megah, terdapat kemiskinan di pinggiran kota. Perpindahan penduduk untuk mengadu nasib di kota membuat kota semakin padat dan lapangan pekerjaan semakin sedikit. Kepadatan bukan hanya dari pendatang yang semakin bertambah, tetapi juga kelahiran dari pendatang, yang menjadikan kemiskinan semakin besar dan serasa susah untuk dientas. Ketika gereja harus menghadapi tantangan kehidupan di kota, gereja berusaha melakukan misinya bukan hanya di tempat-tempat terpencil, melainkan juga di sekitarnya.
Melalui pemuda yang menjadi penerus bangsa, gereja menjangkau orang-orang muda yang lainnya untuk mendidik dan membawa pada kebenaran yang sejati. Membentuk sumber daya manusia yang berkualitas melalui generasi muda untuk mengentaskan dari kemiskinan agar tidak terus berlarut-larut.
Pemuda yang dianggap remeh dan tidak memiliki pengalaman hidup sebenarnya memiliki pengalaman yang tidak ternilai ketika mengenal Juru Selamatnya dan membawa teman-temannya untuk mengenal Kebenaran itu.
Diambil dan disunting dari:
Nama situs: SABDA Space
Alamat URL: http://sabdaspace.org/dedikasi_pemuda_kristen_dalam_misi_perkotaan
Judul asli artikel: Dedikasi Pemuda Kristen dalam Misi Perkotaan
Penulis artikel: Febe Mega Lestary
Tanggal akses: 25 Juni 2015
posted from Bloggeroid
Rabu, 09 September 2015
Egosentris vs Altruis
Efesus 3:13-21
“Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan
segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya
dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia
melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa,
supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah”. (Efesus 3:18-19)
Di
tengah-tengah dunia yang maju dan mengglobal, manusia makin hari makin mencintai
dirinya sendiri (bdk. 2 Tim 3:1-9) Manusia makin lama makin egosentris
(berpusat pada diri sendiri), segala sesuatu yang dia lakukan hanya berpusat
pada diri sendiri. Tanpa mempedulikan pengaruh dan akibat dari semua hal yang
berpusat pada diri sendiri. Baru-baru ini di Taiwan para remaja wanita ataupun
pria lagi mengandrungi pakaian dari kantong palstik sambil foto selfie. Mereka
tidak peduli dengan sekitar mereka, mereka tidak peduli akibat dari tindakan
tersebut. Ini ciri-ciri manusia yang makin egosentris.
Menarik
sekali, di tengah-tengah dunia yang egosentris, alkitab memberikan pengajaran
yang sangat berbeda. Lawan dari egosentris adalah altruis. Alkitab mengajarkan
orang percaya harurslah menjadi manusia yang altruis (orang yang mengutamakan
kepentingan orang lain dari pada kepentingan pribadi. Orang yang altruis adalah
orang yang tidak mementingakan dirinya sendiri).
Bagaimana
dengan orang Kristen? Apakah penyakit egosentris juga sudah merasuk masuk dalam
sendi-sendi kehidupan? Perhatikan doa kita, berapa banyak dari doa kita yang
pusatnya adalah kita dan bukan Tuhan. Berapa banyak dari doa kita yang isi
permohonannya untuk memuaskan apa yang kita inginkan dari pada yang Tuhan
inginkan terjadi dalam hidup kita? Bagaimana dengan pengawai kita? Bagaimana kita
memperlakukan mereka? Bagaimana dengan tentangga kita yang mungkin secara
status berbeda dengan kita?
Kota
Efesus di mana Paulus menulis surat ini merupakan salah satu ibu kota propinsi
yang maju dan berkembang dengan perdagangan dan juga sistem penyembahan berhala
dan penyembahan kepada kaisar yang begitu kuat yang terletak di Asia Kecil. Di
kota ini berdiri kuil Dewi Arthemis yang menjadi tempat di mana para wanita
menjadi pelacur bakti (mereka menyerahkan diri mereka ke kuil dewi Arthemis). Orang-orang
datang ke tempat ini untuk memuja dan memuaskan hawa nafsunya di kuil ini. Oleh
karena itu kota Efesus bisa menjadi tempat yang paling cocok untuk bertumbuhnya
egosentris. Para kaisar yang meminta diri mereka di puja seperti dewa. Kaisar
adalah Tuhan ini merupakan hal yang biasa di lakukan oleh para kaisar.
Namun Rasul
Paulus dalam suratnya kepada Jemaat di Efesus yang ditulisnya dalam penjara,
tidak sedang meminta jemaat Efesus untuk mengasihaninya atau meminta mereka
untuk menguatkan Paulus. Justru dalam pergumulan jemaat Efesus yang berada di
tengah-tengah kota yang demikian Paulus mengingat mereka. Paulus justru
menguatkan jemaat di Efesus.
Paulus
berkata,”... kesesakanku itu adalah kemuliaanmu...”. Paulus tidak mau hidupnya menjadi beban buat
orang lain, khususnya jemaat Efesus. Yang tau bahwa Paulus dalam penjara. Keberadaannya
dalam penjara bukan menjadi kesempatan memohon belas kasihan dari jemaat Efesus
(bagaimana dengan hamba-hamba Tuhan zaman sekarang? Yang bahkan pakai-pakai
nama Tuhan untuk mendapat dukungan dan perhatian dari jemaat).
Sebaliknya Paulus dalam Efesus 3:13-21, tiga
kali dicatat Paulus berdoa untuk jemaat Efesus (Ef. 3:16; 18; 19),
bagaimana dengan kita, terus minta didoakan atau mendoakan? Bagaimana dengan Hamba
Tuhan sekarang? Berapa banyak jemaat yang kita doakan (kita doakan karena
profesi atau karena kita mencintainya sebagai domba-domba kepunyaan TUAN kita
Yesus Kristus?). Paulus tidak berkata, tolong doakan saya yang dalam penjara
ya...doakan supaya Tuhan segera lepaskan. Hidupnya bagi Kristus dan bagi orang-orang
yang Tuhan percayakan kepada-Nya. Ini ciri murid Kristus. Murid Kristus
harusnya adalah orang-orang yang altruis. Bdk. 2 Korintus 5:15 “Dan Kristus
telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup
untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah
dibangkitkan untuk mereka.”
Tujuan nasehat Paulus, pertama agar iman jemaat Efesus
tetapa kuat dan teguh. Kedua agar jemaat Efesus berakar dan
berdasar pada kasih Kristus. Ketiga agar jemaat Efesus makin
memahami dan mengenal betapa lebar dan panjang, tinggi dan dalam kasih Kristus.
Keempat
agar jemaat Efesus menjadi jemaat yang sungguh memuliakan Tuhan. (Efesus
3:16-21). Paulus rindu jemaat Efesus makin mengenal Kristus dan kasih-Nya yang
besar. Paulus rindu melihat orang lain berubah dan berbuah.
Bagaimana dengan
kita, adakah kita rindu melihat orang lain berubah dan berubah ketika mereka
mengenal Kristus lebih dalam lagi? Paulus adalah orang yang altruis di dalam
Kristus. Kehidupan Paulus yang altruis lahir dari hidup yang sudah diubahkan
oleh Kristus. Hidup yang sudah mengalami betapa lebar dan panjang, tinggi dan
dalam kasih Kristus adalah hidup yang berubah dan berbuah menjadi kesaksian
bagi kemuliaan Allah. Kira Tuhan menolong kita untuk jadi orang percaya yang
altruis di dalam Kristus dan menjadi berkat. Amin.
Selasa, 08 September 2015
Urutan Penciptaan
Ayo anak SM Bukit Palma, sudah hafal urutan penciptaan...belum?
Ayo temukan jawabnya di Kejadian 1.....
papa mama ayo bantu...... :)
Penentu Sukses
Santapan Harian
Selasa, Sel, 8 Sep 2015
http://www.sabda.org/publikasi/e-sh/print/?edisi=20150908
Bacaan Alkitab:
2 Raja-Raja 13:14-25
Apakah yang menjadi penentu kesuksesan anda? Tuhan atau diri sendiri? Ataukah keberuntungan (luck)? Menurut anggapan orang, langkah pertama itu menentukan kesuksesan. Langkah selanjutnya tinggal mengikuti langkah pertama. Teori itu benar.
Bacaan hari ini menceritakan langkah pertama Yoas dalam menghadapi bangsa Aram sudah tepat. Ia mengimani bahwa seorang nabi adalah orang yang dipilih Allah untuk menyampaikan maksud Allah kepada umat-Nya. Karena itu menjelang akhir hayat nabi Elisa, Yoas menjumpai Elisa. Saat Yoas mengunjungi nabi Elisa, ia mengetahui apa yang diperlukan Yoas. Nabi Elisa memberkati Yoas. Ia menyuruh Yoas menarik busur, membuka jendela di sebelah Timur, dan menyuruhnya memanah (14-17a). Anak panah yang dilepaskan Yoas menandakan kemenangan dari Tuhan yang akan diberikan kepada Yoas terhadap bangsa Aram (17b).
Langkah selanjutnya Elisa meminta Yoas untuk memukulkan anak-anak panah itu ke tanah. Yoas pun melakukannya sampai tiga kali (18). Hati sang nabi gusar, karena Yoas hanya memukulkannya tiga kali seharusnya lebih dari itu (21). Tindakannya itu mengakibatkan kesuksesan Yoas menjadi terbatas. Ia tidak akan memukul Aram hingga habis lenyap. Kesuksesannya tidak tuntas. Yoas berpikir dia sudah mendapatkan panah kemenangan dari Tuhan, sehingga ia merasa tidak perlu terlalu berusaha lagi.
Ternyata setiap langkah, sejak pertama sampai langkah terakhir, harus dijalani dengan sepenuh hati dan sekuat tenaga. Jadi apa penentu kesuksesan kita? Tentu pertama-tama Tuhan yang memberkati dan memberikan kita kesuksesan. Langkah selanjutnya harus kita lakukan secara konsisten dan sekuat tenaga hingga tuntas. Ada bagian yang dikerjakan oleh Tuhan dan ada bagian diusahakan oleh kita. Kita harus mengerjakan bagian kita dengan iman. Jangan lengah karena jaminan berkat Tuhan untuk kita. Selamat sukses! [DSY]
Selasa, Sel, 8 Sep 2015
http://www.sabda.org/publikasi/e-sh/print/?edisi=20150908
Bacaan Alkitab:
2 Raja-Raja 13:14-25
Apakah yang menjadi penentu kesuksesan anda? Tuhan atau diri sendiri? Ataukah keberuntungan (luck)? Menurut anggapan orang, langkah pertama itu menentukan kesuksesan. Langkah selanjutnya tinggal mengikuti langkah pertama. Teori itu benar.
Bacaan hari ini menceritakan langkah pertama Yoas dalam menghadapi bangsa Aram sudah tepat. Ia mengimani bahwa seorang nabi adalah orang yang dipilih Allah untuk menyampaikan maksud Allah kepada umat-Nya. Karena itu menjelang akhir hayat nabi Elisa, Yoas menjumpai Elisa. Saat Yoas mengunjungi nabi Elisa, ia mengetahui apa yang diperlukan Yoas. Nabi Elisa memberkati Yoas. Ia menyuruh Yoas menarik busur, membuka jendela di sebelah Timur, dan menyuruhnya memanah (14-17a). Anak panah yang dilepaskan Yoas menandakan kemenangan dari Tuhan yang akan diberikan kepada Yoas terhadap bangsa Aram (17b).
Langkah selanjutnya Elisa meminta Yoas untuk memukulkan anak-anak panah itu ke tanah. Yoas pun melakukannya sampai tiga kali (18). Hati sang nabi gusar, karena Yoas hanya memukulkannya tiga kali seharusnya lebih dari itu (21). Tindakannya itu mengakibatkan kesuksesan Yoas menjadi terbatas. Ia tidak akan memukul Aram hingga habis lenyap. Kesuksesannya tidak tuntas. Yoas berpikir dia sudah mendapatkan panah kemenangan dari Tuhan, sehingga ia merasa tidak perlu terlalu berusaha lagi.
Ternyata setiap langkah, sejak pertama sampai langkah terakhir, harus dijalani dengan sepenuh hati dan sekuat tenaga. Jadi apa penentu kesuksesan kita? Tentu pertama-tama Tuhan yang memberkati dan memberikan kita kesuksesan. Langkah selanjutnya harus kita lakukan secara konsisten dan sekuat tenaga hingga tuntas. Ada bagian yang dikerjakan oleh Tuhan dan ada bagian diusahakan oleh kita. Kita harus mengerjakan bagian kita dengan iman. Jangan lengah karena jaminan berkat Tuhan untuk kita. Selamat sukses! [DSY]
posted from Bloggeroid
Sabtu, 05 September 2015
PRIBADI YANG ISTIMEWA
2 SAMUEL 23:1
Betapa inginnya seorang anak dipandang sebagai anak yang istimewa dihadapan orangtuanya. Betapa bahagiannya seorang siswa yang dipandang sebagai siswa yang istimewa dihadapan guru dan teman-temannya. Betapa luarbiasanya seorang manusia berdosa yang dipandang istimewa dihadapan Tuhannya yang menciptakannya.
Inilah yang Raja Daud (Dawid = yang dikasihi, beloved) rasakan dan alami. Bukan secara subjektif atau perasaan pribadi Raja Daud. Tapi memang firman Tuhan menyatakannya. Bahwa ia memang pribadi yang begitu istimewa dihadapan Tuhannya sehingga ia dipilih dari sekian banyak orang diantara orang Israel, dari sekian banyak orang dari suku Yehuda, sekian banyak orang anak Isai.
Dalam 2 Samuel 23:1, Daud menyatakan dirinya sebagai Pribadi yang Istimewa karena Tuhan dan bukan karena hasil usaha, jerih lelahnya sendiri. Pada satu ayat ini, Daud menyatakan siapa dirinya dihadapan Tuhan dan manusia.
1. Daud bin Isai. Ini menyatakan kesadaran Daud akan asal usulnya dimana ia adalah anak Isai. Dan itulah yang membuat ia menjadi pribadi yang istimewa. Jarang sekali orang berani jujur mengakui asal usulnya ketika ia sudah menjadi orang yang sukses. Sebisa mungkin ia tutupi atau hindari. Karena mungkin asal usulnya begitu memalukan, begitu buruk. Keluarganya bahkan ayahnya bukan siapa-siapa dimata orang. Tapi Daud dengan tegas dan terbuka ia menyatakan siapa dirinya. Ia anak Isai. Seorang bapak yang tidak terkenal, seorang bapak yang biasa-biasa saja. Keistimewaan Daud dibangun dari kerendahan hatinya akan status dirinya yang dulu. Dalam kehidupan Daud tidka pernah ia menyombongkan dirinya sebagai keturunan yang hebat dan luar biasa. Malah ia sering direndahkan oleh orang lain baik dari orang sekitarnya maupun oleh kakaknya sendiri. Ia tetap rendah hati.
2. Daud adalah orang yang diangkat tinggi. Pada bagian ini daud menyadari benar. Dia yang bukan siapa-siapa, diangkat tinggi menjadi seorang raja atas Israel bahkan ia mendapatkan janji yang luar biasa bahwa kerajaannya akan kekal dipimpin oleh seorang dari keturunannya. Kata diangkat tinggi, itu menunjukkan dengan jelas bahwa posisi tinggi itu bukan hasil usaha dan jerih lelah karena kehebatannya. Tapi ada Satu Pribadi yang kuat dan berdaulat yang mengangkatnya tinggi. Ini juga memberikan kesadaran penuh bagi Daud untuk tetap merendahkan diri di hadapan Satu Pribadi yaitu Allah sendiri yang mengangkat tinggi dirinya diantara saudaranya, diantara kaumnya, diantara orang-orang di sukunya, diantara orang-orang Israel. Bahwa kalau bukan Tuhan yang melakukan semuanya ini mengangkat dia dan menyertai dia bahkan yang membuatnya selalu berhasil dalam segala langkahnya, ia tetaplah Daud anak Isai seorang gembala kambing domba.
3. Orang diurapi oleh Allah yakub. Di sini Daud benar-benar menjadi pribadi yang istimewa karena urapan Allah Yakub atasnya. Pengurapan yang dilakukan nabi Samuel atas perintah Allah menyatakan bahwa Daud adalah pribadi yang dipilih oleh Allah sendiri berdasarkan penilaian Allah dan bukan berdasarkan manusia. 1 Samuel 16:7 menyatakannya. Pengurapan itu juga menyatakan kedudukan/ jabatan/ tugas tanggung jawab yang harus diemban oleh Daud sebagai Raja, pemimpin Israel. Juga di dalam pengurapan itu menandakan adanya penyertaan dan kuasa Roh Tuhan dalam diri Daud (1 Sam 16:13) dimana dalam kehidupannya, roh Kuduslah yang memimpin dan bukan dirinya sendiri.
4. Pemazmur yang disenangi Israel. Daud menyadari benar talenta dan karunianya dalam menuliskan mazmur. Ada begitu banyak mazmur yang dituliskan oleh daud. Dan semua mazmurnya sangat disenangi oleh orang Israel sampai sekarang. Kehidupan dan pergumulannya, sukacita, kegentaran, kemarahan, kesedihan bahkan kejatuhannya dapat menjadi mazmur yang menguatkan, mengingatkan dan mengajarkan orang lain. Di dalam mazmurnya, kita dapat melihat akan kedekatan relasi Daud dengan Allah. Keiistimewaan Daud yang utama dan terutama karena adanya kedekatan relasinya dengan Allah. Tanpa kedekatan relasi dengan Allah, kita tetaplah bukan siapa-siapa di pandangan Allah.
Betapa inginnya seorang anak dipandang sebagai anak yang istimewa dihadapan orangtuanya. Betapa bahagiannya seorang siswa yang dipandang sebagai siswa yang istimewa dihadapan guru dan teman-temannya. Betapa luarbiasanya seorang manusia berdosa yang dipandang istimewa dihadapan Tuhannya yang menciptakannya.
Inilah yang Raja Daud (Dawid = yang dikasihi, beloved) rasakan dan alami. Bukan secara subjektif atau perasaan pribadi Raja Daud. Tapi memang firman Tuhan menyatakannya. Bahwa ia memang pribadi yang begitu istimewa dihadapan Tuhannya sehingga ia dipilih dari sekian banyak orang diantara orang Israel, dari sekian banyak orang dari suku Yehuda, sekian banyak orang anak Isai.
Dalam 2 Samuel 23:1, Daud menyatakan dirinya sebagai Pribadi yang Istimewa karena Tuhan dan bukan karena hasil usaha, jerih lelahnya sendiri. Pada satu ayat ini, Daud menyatakan siapa dirinya dihadapan Tuhan dan manusia.
1. Daud bin Isai. Ini menyatakan kesadaran Daud akan asal usulnya dimana ia adalah anak Isai. Dan itulah yang membuat ia menjadi pribadi yang istimewa. Jarang sekali orang berani jujur mengakui asal usulnya ketika ia sudah menjadi orang yang sukses. Sebisa mungkin ia tutupi atau hindari. Karena mungkin asal usulnya begitu memalukan, begitu buruk. Keluarganya bahkan ayahnya bukan siapa-siapa dimata orang. Tapi Daud dengan tegas dan terbuka ia menyatakan siapa dirinya. Ia anak Isai. Seorang bapak yang tidak terkenal, seorang bapak yang biasa-biasa saja. Keistimewaan Daud dibangun dari kerendahan hatinya akan status dirinya yang dulu. Dalam kehidupan Daud tidka pernah ia menyombongkan dirinya sebagai keturunan yang hebat dan luar biasa. Malah ia sering direndahkan oleh orang lain baik dari orang sekitarnya maupun oleh kakaknya sendiri. Ia tetap rendah hati.
2. Daud adalah orang yang diangkat tinggi. Pada bagian ini daud menyadari benar. Dia yang bukan siapa-siapa, diangkat tinggi menjadi seorang raja atas Israel bahkan ia mendapatkan janji yang luar biasa bahwa kerajaannya akan kekal dipimpin oleh seorang dari keturunannya. Kata diangkat tinggi, itu menunjukkan dengan jelas bahwa posisi tinggi itu bukan hasil usaha dan jerih lelah karena kehebatannya. Tapi ada Satu Pribadi yang kuat dan berdaulat yang mengangkatnya tinggi. Ini juga memberikan kesadaran penuh bagi Daud untuk tetap merendahkan diri di hadapan Satu Pribadi yaitu Allah sendiri yang mengangkat tinggi dirinya diantara saudaranya, diantara kaumnya, diantara orang-orang di sukunya, diantara orang-orang Israel. Bahwa kalau bukan Tuhan yang melakukan semuanya ini mengangkat dia dan menyertai dia bahkan yang membuatnya selalu berhasil dalam segala langkahnya, ia tetaplah Daud anak Isai seorang gembala kambing domba.
3. Orang diurapi oleh Allah yakub. Di sini Daud benar-benar menjadi pribadi yang istimewa karena urapan Allah Yakub atasnya. Pengurapan yang dilakukan nabi Samuel atas perintah Allah menyatakan bahwa Daud adalah pribadi yang dipilih oleh Allah sendiri berdasarkan penilaian Allah dan bukan berdasarkan manusia. 1 Samuel 16:7 menyatakannya. Pengurapan itu juga menyatakan kedudukan/ jabatan/ tugas tanggung jawab yang harus diemban oleh Daud sebagai Raja, pemimpin Israel. Juga di dalam pengurapan itu menandakan adanya penyertaan dan kuasa Roh Tuhan dalam diri Daud (1 Sam 16:13) dimana dalam kehidupannya, roh Kuduslah yang memimpin dan bukan dirinya sendiri.
4. Pemazmur yang disenangi Israel. Daud menyadari benar talenta dan karunianya dalam menuliskan mazmur. Ada begitu banyak mazmur yang dituliskan oleh daud. Dan semua mazmurnya sangat disenangi oleh orang Israel sampai sekarang. Kehidupan dan pergumulannya, sukacita, kegentaran, kemarahan, kesedihan bahkan kejatuhannya dapat menjadi mazmur yang menguatkan, mengingatkan dan mengajarkan orang lain. Di dalam mazmurnya, kita dapat melihat akan kedekatan relasi Daud dengan Allah. Keiistimewaan Daud yang utama dan terutama karena adanya kedekatan relasinya dengan Allah. Tanpa kedekatan relasi dengan Allah, kita tetaplah bukan siapa-siapa di pandangan Allah.
posted from Bloggeroid
Kamis, 03 September 2015
KASIHKU DAN KASIHMU
I YOHANES 3:10-18
Ada banyak tanda yang menyatakan identitas kita dalam kehidupan kita. Misalnya kita menggunakan cincin kawin itu menyatakan bahwa identitas kita adalah sudah menikah.kita menggunakan kalung/ anting salib dapat menyatakan bahwa identitas kita adalah orang Kristen. Meskipun hal ini sudah tidak menjadi jaminan identitasnya benar. Karena ada banyak orang yang menggunakan kalung salib hanya sebagai aksesoris penampilan belaka. Padahal orangnya tidak Kristen, malah beragama lain.
Nah, pada perikop kita, firman Tuhan dalam 1 Yoh 3:10 Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis: setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya.
Menyatakan bahwa tanda yang menyatakan identitas kita sebagai anak Tuhan adalah : berbuat kebenaran dan mengasihi saudaranya.
Secara khusus dalam hal mengasihi saudaranya, Rasul Yohanes menyatakan bahwa sebagai anak Tuhan harus saling mengasihi dan ini sudah diberitakan jauh sebelumnya, sudah diajarkan oleh Tuhan Yesus sebelum Ia ditangkap, disalib. Yohanes 13:34-35 adalah perintah baru kepada murid-muridnya bahwa mereka harus saling mengasihi sama seperti Yesus sudah mengasihi mereka. Bahkan Tuhan Yesus menyatakan bahwa ketika murid Tuhan saling mengasihi, semua orang akan menjadi tahu bahwa kita adalah murid Yesus. Sebaliknya, orang akan mempertanyakan identitas kita sebagai murid Yesus ketika dalam kehidupan kita, kita tidak memiliki hidup yang saling mengasihi dengan saudara kita.
Oleh karena itu, firman Tuhan dalam 1 Yoh 3:11-18 ada 2 hal prinsip bagaimana kasihku dan kasihmu ini dalam kehidupan bersaudara/dalam kehidupan keluarga.
1. Kasihku dan kasihmu harus mengatasi/melampaui keadaan benar/salah (ay.12).
Dalam bagian ini, rasul Yohanes mengingatkan kita kepada perbuatan dosa kedua yang terjadi dalam keluarga pertama, keluarga adam dan hawa di mana Kain membunuh Habel, adiknya karena di dapati perbuatan Habel dalam memberikan persembahan kepada Tuhan dinilai Tuhan sebagai perbuatan yang benar, sedangkan perbuatan Kain dalam memberikan persembahan kepada Tuhan di nilai Tuhan sebagai perbuatan yang tidak benar. Kain salah sedangkan Habel benar. Keadaan ini membuat, Kain marah dan membunuh Habel.
Saling mengasihi dalam kehidupan orang Kristen harus melampaui keadaan benar/ salah dari orang lain. Jika aku benar dan dia salah, maka yang harus kita lakukan sebagai bukti nyata kasih kita adalah memberikan pengampunan dan penerimaan kembali. Contoh dalam kehidupan keluarga, ada kisah Hosea dan Gomer. Hosea memberikan pengampunan dan penerimaan kembali kepada Gomer yang sudah berulang kali tidak setia kepada Hosea dengan menebus Gomer dan membawanya pulang untuk diterima kembali sebagai istrinya. Dalam hubungan ortu dan akan, kisah anak yang hilang menyatakan meskipun anak berbuat salah, Bapa yang benar memberikan penerimaan kembali dan memberikan pengampunan. Jangan seperti sikap anak sulung yang sama dengan sikap Kain. Marah dan tidak terima.
Jika aku salah dan dia yang benar, maka aku belajar untuk menerima diri bahwa memang aku salah dan dia yang benar. Kalau kita tidak bisa terima keadaan bahwa aku salah dan dia benar, maka sulit bagi kita untuk mengasihi dia yang benar itu. Dengan demikian kita akan tetap utuh menjadi satu keluarga.
Sejak dulu Firman Tuhan melalui rasul Yohanes sudah menyatakan bahwa prinsip saling mengasihi ini sangat berbeda dengan prinsip dunia ini. Sehingga kita tidak perlu heran jika banyak orang mungkin protes akan sikap kita yang masih juga mengasihi saudara kita yang sudah melakukan tindakan-tindakan yang salah. Rasul Yohanes menyatakan dengan tegas ketika keadaan benar/ salah ini membuat kita tidak mengasihi saudara kita itu membuktikan bahwa kita ini masih tetap ada dalam maut dan belum berpindah dari maut kepada hidup. Dengan kata lain, kita ini belum memiliki Kristus dan kasih-Nya dalam hidup kita. Juga ketika kita membenci saudara kita, kita disamakan dengan pembunuh manusia. Karena dengan kebencian yang ada, manusia bisa membunuh orang lain.
2. Kasihku dan kasihmu harus mengatasi/ melampaui diri sendiri (ay 16-17).
Dari bagian firman Tuhan ini mengasihi yang mengatasi/ melampaui diri sendiri adalah dalam hal memberi diri. Memberi apa yang ada dalam diri kita, apa yang kita miliki.
Memberi orang lain dengan sesuatu yang ada di luar diri kita/ yang bukan milik kita itu sangat-sangat mudah. Misalnya ketika korban bencana Tsunami di Mentawai, kita diminta untuk kumpulin baju layak pakai. Nah kita cenderung lebih mudah memberi saran kepada saudara kita apa-apa saja yang bisa diberikan sebagai sumbangan. Kalau milik kita, wah ini masih terpakai, ini masih aku suka, ini mahal lho dan masih bagus.
Dalam bagian firman Tuhan ini, rasul Yohanes memberikan contoh praktis bbagaimana kasih yang nyata yang melampaui diri. Saudara butuh sesuatu sedangkan ktia punya yang dibutuhkannya. Dan kita tidakmau memberi, itu sama artinya kita menutup hati kita kepadanya, kasih dalam kita dipertanyakan.
Teladan yang diberikan oleh rasul Yohanes dalam mengasihi yang melampaui diri sendiri adalah kita bisa memberi diri kita bahkan menyerahkan nyawa kita bagi saudara kita. Baik itu saudara yang mengasihi kita, maupun saudara yang mungkin tidak mengasihi kita. Bukankah itu yang dilakukan Yesus bagi kita. Mengasihi kita dengan mau menyerahkan nyawanya bagi kita orang-orang yang tidak mengasihi dia.
Akhirnya rasul Yohanes memberikan kesimpulan bahwa kasih itu harus nyata dalam perbuatan dan dalam kebenaran. Kasih itu tidak hanya sekadar teori yang diajarakan, prinsip yang dipegang, tapi dipraktekkan. Kasih itu juga harus dipraktekan dalam kebenaran. Jangan karena mengasihi orang itu, maka orang itu yang salah kita benarkan sedangkan orang lain yang benar, kita salahkan karena kita tidak mengasihi dia. SSelalu membela anak kita yang jelas-jelas salah karena kita mengasihi dia.
Ada banyak tanda yang menyatakan identitas kita dalam kehidupan kita. Misalnya kita menggunakan cincin kawin itu menyatakan bahwa identitas kita adalah sudah menikah.kita menggunakan kalung/ anting salib dapat menyatakan bahwa identitas kita adalah orang Kristen. Meskipun hal ini sudah tidak menjadi jaminan identitasnya benar. Karena ada banyak orang yang menggunakan kalung salib hanya sebagai aksesoris penampilan belaka. Padahal orangnya tidak Kristen, malah beragama lain.
Nah, pada perikop kita, firman Tuhan dalam 1 Yoh 3:10 Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis: setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya.
Menyatakan bahwa tanda yang menyatakan identitas kita sebagai anak Tuhan adalah : berbuat kebenaran dan mengasihi saudaranya.
Secara khusus dalam hal mengasihi saudaranya, Rasul Yohanes menyatakan bahwa sebagai anak Tuhan harus saling mengasihi dan ini sudah diberitakan jauh sebelumnya, sudah diajarkan oleh Tuhan Yesus sebelum Ia ditangkap, disalib. Yohanes 13:34-35 adalah perintah baru kepada murid-muridnya bahwa mereka harus saling mengasihi sama seperti Yesus sudah mengasihi mereka. Bahkan Tuhan Yesus menyatakan bahwa ketika murid Tuhan saling mengasihi, semua orang akan menjadi tahu bahwa kita adalah murid Yesus. Sebaliknya, orang akan mempertanyakan identitas kita sebagai murid Yesus ketika dalam kehidupan kita, kita tidak memiliki hidup yang saling mengasihi dengan saudara kita.
Oleh karena itu, firman Tuhan dalam 1 Yoh 3:11-18 ada 2 hal prinsip bagaimana kasihku dan kasihmu ini dalam kehidupan bersaudara/dalam kehidupan keluarga.
1. Kasihku dan kasihmu harus mengatasi/melampaui keadaan benar/salah (ay.12).
Dalam bagian ini, rasul Yohanes mengingatkan kita kepada perbuatan dosa kedua yang terjadi dalam keluarga pertama, keluarga adam dan hawa di mana Kain membunuh Habel, adiknya karena di dapati perbuatan Habel dalam memberikan persembahan kepada Tuhan dinilai Tuhan sebagai perbuatan yang benar, sedangkan perbuatan Kain dalam memberikan persembahan kepada Tuhan di nilai Tuhan sebagai perbuatan yang tidak benar. Kain salah sedangkan Habel benar. Keadaan ini membuat, Kain marah dan membunuh Habel.
Saling mengasihi dalam kehidupan orang Kristen harus melampaui keadaan benar/ salah dari orang lain. Jika aku benar dan dia salah, maka yang harus kita lakukan sebagai bukti nyata kasih kita adalah memberikan pengampunan dan penerimaan kembali. Contoh dalam kehidupan keluarga, ada kisah Hosea dan Gomer. Hosea memberikan pengampunan dan penerimaan kembali kepada Gomer yang sudah berulang kali tidak setia kepada Hosea dengan menebus Gomer dan membawanya pulang untuk diterima kembali sebagai istrinya. Dalam hubungan ortu dan akan, kisah anak yang hilang menyatakan meskipun anak berbuat salah, Bapa yang benar memberikan penerimaan kembali dan memberikan pengampunan. Jangan seperti sikap anak sulung yang sama dengan sikap Kain. Marah dan tidak terima.
Jika aku salah dan dia yang benar, maka aku belajar untuk menerima diri bahwa memang aku salah dan dia yang benar. Kalau kita tidak bisa terima keadaan bahwa aku salah dan dia benar, maka sulit bagi kita untuk mengasihi dia yang benar itu. Dengan demikian kita akan tetap utuh menjadi satu keluarga.
Sejak dulu Firman Tuhan melalui rasul Yohanes sudah menyatakan bahwa prinsip saling mengasihi ini sangat berbeda dengan prinsip dunia ini. Sehingga kita tidak perlu heran jika banyak orang mungkin protes akan sikap kita yang masih juga mengasihi saudara kita yang sudah melakukan tindakan-tindakan yang salah. Rasul Yohanes menyatakan dengan tegas ketika keadaan benar/ salah ini membuat kita tidak mengasihi saudara kita itu membuktikan bahwa kita ini masih tetap ada dalam maut dan belum berpindah dari maut kepada hidup. Dengan kata lain, kita ini belum memiliki Kristus dan kasih-Nya dalam hidup kita. Juga ketika kita membenci saudara kita, kita disamakan dengan pembunuh manusia. Karena dengan kebencian yang ada, manusia bisa membunuh orang lain.
2. Kasihku dan kasihmu harus mengatasi/ melampaui diri sendiri (ay 16-17).
Dari bagian firman Tuhan ini mengasihi yang mengatasi/ melampaui diri sendiri adalah dalam hal memberi diri. Memberi apa yang ada dalam diri kita, apa yang kita miliki.
Memberi orang lain dengan sesuatu yang ada di luar diri kita/ yang bukan milik kita itu sangat-sangat mudah. Misalnya ketika korban bencana Tsunami di Mentawai, kita diminta untuk kumpulin baju layak pakai. Nah kita cenderung lebih mudah memberi saran kepada saudara kita apa-apa saja yang bisa diberikan sebagai sumbangan. Kalau milik kita, wah ini masih terpakai, ini masih aku suka, ini mahal lho dan masih bagus.
Dalam bagian firman Tuhan ini, rasul Yohanes memberikan contoh praktis bbagaimana kasih yang nyata yang melampaui diri. Saudara butuh sesuatu sedangkan ktia punya yang dibutuhkannya. Dan kita tidakmau memberi, itu sama artinya kita menutup hati kita kepadanya, kasih dalam kita dipertanyakan.
Teladan yang diberikan oleh rasul Yohanes dalam mengasihi yang melampaui diri sendiri adalah kita bisa memberi diri kita bahkan menyerahkan nyawa kita bagi saudara kita. Baik itu saudara yang mengasihi kita, maupun saudara yang mungkin tidak mengasihi kita. Bukankah itu yang dilakukan Yesus bagi kita. Mengasihi kita dengan mau menyerahkan nyawanya bagi kita orang-orang yang tidak mengasihi dia.
Akhirnya rasul Yohanes memberikan kesimpulan bahwa kasih itu harus nyata dalam perbuatan dan dalam kebenaran. Kasih itu tidak hanya sekadar teori yang diajarakan, prinsip yang dipegang, tapi dipraktekkan. Kasih itu juga harus dipraktekan dalam kebenaran. Jangan karena mengasihi orang itu, maka orang itu yang salah kita benarkan sedangkan orang lain yang benar, kita salahkan karena kita tidak mengasihi dia. SSelalu membela anak kita yang jelas-jelas salah karena kita mengasihi dia.
posted from Bloggeroid
Rabu, 02 September 2015
KALA HATI TERIKAT
MATIUS 19:16-26
Sad ending… jika kita nonton film yang akhirnya
itu menyedihkan, bagaimana perasaan kita? Pasti tidak menyenangkan nonton film
yang berakhir sedih. Kebanyakan dari kita ingin film yang kita tonton itu
berakhir menyenangkan/ menggembirakan.
Di dalam perikop yang kita sudah baca
bersama, nampak sebuah kisah nyata kehidupan seorang pemuda yang berakhir
menyedihkan. Orang muda yang sangat kaya, memiliki jabatan
sebagai seorang pemimpin, kehidupan yang nyaman dan terhormat datang untuk
bertemu dengan Yesus. Dengan antusias dan semangat bertemu Yesus, orang muda
ini berlari-lari menemui Yesus (Markus 10:17). Bahkan dengan hormat dan
merendahkan dirinya, ia bertelut/ sujud dihadapan Yesus. Namun, di akhir
cerita, orang muda ini harus pergi meninggalkan Yesus dengan hati yang sangat
sedih dan kecewa.
Mengapa demikian? Akhir yang menyedihkan dalam
hidup orang muda ini terjadi ketika Tuhan Yesus sudah mendiagnossa hati orang
muda ini dan mendapati bahwa hati orang muda ini sudah terikat. Hati orang muda
ini sudah terikat oleh hartanya. Alkitab mencatat ia memilik harta yang banyak.
Tidak hanya uang tetapi materi lainnya yang menjadi kekayaannya.
Hati pemuda ini begitu terikat sehingga
antusiasmenya ketika bertemu Yesus harus diakhiri dengan meninggalkan Yesus
dengan membawa kesedihan yang sangat dalam di hatinya. Hati yang terikat oleh
harta membuat orang muda ini mengalami kehilangan-kehilangan yang hal-hal yang
sangat-sangat penting dalam kehidupannya..
Dari
peristiwa ini kita akan sama-sama belajar akan kehilangan yang akan kita alami
sama seperti pemuda itu ketika hati kita terikat kepada segala hal yang bukan
TUHAN.
Ketika hati kita terikat kepada “allah-allah
lain” maka yang terjadi kepada kita adalah…
1. Kehilangan
HIDUP.
Pemuda yang sukses ini datang dengan antusiasme
yang tinggi dan semangat yang membara bahkan dengan segenap kerendahan hatinya
untuk bertemu Tuhan Yesus. Kita perhatikan Markus 10:17, pemuda itu
berlari-lari mendapatkan Yesus dan sambil bertelut dihadapan-Nya. Ia ingin
sekali tahu apa yang harus ia perbuat agar ia mendapatkan HIDUP KEKAL. Di dalam
Matius 19:16 lebih jelas lagi bahwa pemuda itu ingin tahu perbuatan baik apa
yang bisa ia lakukan agar dia bisa mendapatkan HIDUP KEKAL.
Pemuda ini menganut pemahaman bahwa keselamatan
atau Hidup kekal itu dapat diperoleh dengan melakukan perbuatan baik. Oleh
karena itu, ia datang pada Yesus dan menanyakan perbuatan baik apa yang bisa
membuat dia memperoleh hidup kekal.
Sebenarnya pemuda ini bertanya pada Yesus juga untuk mendapatkan
peneguhan atas apa yang ia sudah lakukan berdasarkan hukum Taurat.
Dan Tuhan Yesus mengetahui isi hati pemuda itu.
Jika pemuda itu bertanya tentang perbuatan baik berdasarkan melakukan
ketaatannya pada perintah Tuhan, maka Tuhan Yesus menjawab jika engkau ingin
memperoleh HIDUP, turuti/ taati SEGALA perintah Allah. Ini sesuai dengan
perintah Allah kepada Musa dan orang Israel di dalam Imamat 18:5 menaati
ketetapan/ perintah Allah akan hidup karenanya.
Dan respon pemuda itu dengan percaya diri dia
bertanya, perintah yang mana. Dan semmua yang disebutkan Yesus, ia sudah lakukan
sejak masa muda (ketika dia masuk menjadi anak Taurat/ Bar Mitzwah) pada usia
12 tahun. Pemuda ini merasa dirinya benar, merasa dirinya oke sehingga ia
berani bertanya pada Yesus, apa lagi yang kurang? (Mat 19:20).
Namun, yang dimaksud oleh Tuhan yesus tentang Ketaatan
yang membawa kepada hidup ini adalah ketaatan yang sempurna. Oleh karena itu,
Tuhan Yesus melanjutkan lagi. Mat 19:21 jikalau engkau ingin sempurna
(lengkap), dalam bagian parallel yang dikatakan “hanya 1 kekuranganmu”, “hanya
1yang kurang” yaitu juallah hartamu, berikan kepada orang msikin, datang dan
ikut Yesus.
Ketaatan manusia berdosa tidak akan pernah
sempurna terutama dalam hal melakukan segala perintah Tuhan. Dari 10 perintah
Tuhan, jika 1 saja kita tidak taat, maka keseluruhan hukum itu tidak kita
taati. Ketaatan yang sempurna akan hukum Tuhan tidak pernah dapat dilakukan
oleh manusia yang sudah berdosa. Hanya kasih karunia Allah saja yang dapat
memberikan hidup kekal kepada manusia.
Pemuda itu mengotot tentang perbuatan baik/ ketaatan
pada hukum yang bisa membawa kepada hidup. Tapi sayang ketika Tuhan jelaskan,
ternyata ia tidak bisa melakukan ketaatan yagn sempurna. Ketika Tuhan minta dia
jual hartanya dan bagikan kepada orang miskin yang memang sangat banyak pada
zaman Tuhan yesus, pemuda itu tidak bisa menaatinya. Dan ia sudah kehilangan
HIDUP itu. Ketidakmauannya menjual hartanya dan membagikan kepada orang miskin
sebenarnya membuktikan bahwa ia tidak mengasihi sesame seprti dirinya sendiri
(Mat 19:19). Pemuda itu pergi meninggalkan yesus tanpa mendapatkan HIDUP KEKAL.
Aplikasi :
Mat 19:20 tidak berlaku umum tapi khusus berlaku
bagi pemuda itu. Tuhan Yesus menyatakan bahwa ada “allah lain” di hati pemuda
itu yang membuat hatinya terikat pada “allah lain” itu, yaitu hartanya. Pemuda
itu mencintai hartanya lebih dari pada Tuhan
bahkan mencintai hartanya lebih dari hidup kekal yang ia inginkan.
Allah lain dalam kehidupan kita bisa jadi
uang/harta kita, pekerjaan kita, study kita, orang-orang yang kita sayangi
lebih daripada Tuhan. Ketika Tuhan ingatkan akan hati kita yang terikat pada
“allah-allah lain” Tuhan ingin kita melepaskannya dan menyerahkan diri hanya
pada Tuhan saja.
Orang Kristen bukan tidak boleh menjadi kaya
raya. Di dalam Mat 6:21Tuhan Yesus ingatkan kita dimana hartamu berada
disitulah hatimu berada. Sering kali kekayaan kita membuat kita merasa diri
cukup dan tidak membutuhkan siapa pun bahkan tidak membutuhkan Tuhan.
Tuhan Yesus ingin hati terikat kepada-Nya karena
di dalam DIA ada hidup.
2. Kehilangan
DAMAI dan SUKACITA
Pemuda yang kaya itu pergi dengan sangat sedih
dan kecewa karena hartanya memang sangat banyak. Hatinya lebih memilih terikat
pada hartanya daripada terikat pada Yesus untuk mendapatkan HIDUP. Ia lebih
memilih melepaskan HIDUP KEKAL itu daripada melepaskan hartanya sehingga ia
meninggalkan Yesus tanpa menaati perintah Yesus untuk membuat ketaatannya
sempurna.
Setiap orang yang taat dan percaya kepada Yesus
akan mendapatkan damai dan sukacita sejati. Tetapi orang yang menolak untuk
taat dan percaya pada Yesus, ia tidak akan mendapatkan damai dan sukacita
sejati. Damai dan sukacita sejati hanya ada dalam Yesus dan bukan dalam yang
lain, apalagi harta. Hati yang terikat pada harta tidak akan memberikan
kedamaian dan sukacita. Uang yang banyak
tidak dapat memberli tidur yang nyenyak. Uang yang banyak tidak dapat membeli
kebahagiaan, uang yang banyak tidak dapat membeli rasa damai dll.
Pemuda
itu juga pergi bukan dengan marah karena ia sadar bahwa Yesus memang benar tapi
ia tidak bisa menaati Yesus. Pemahaman orang Yahudi akan kekayaan dipatahkan
pada peristiwa ini. Orang Yahudi mempunyai pemahaman bahwa kekayanan yang
dimiliki menandakan hidup yang diberkati Tuhan dan hidup yang diperkenan oleh
Tuhan sehingga kekayaan makin mempertegas bahwa mereka layak mendapatkan hidup
kekal. Pada kenyataannya tidak demikian bagi Yesus.
Kekayaan dapat menjadi penghalang terbesar bagi
seseorang untuk mendapatkan hidup kekal, mendapatkan damai dan sukacita sejati.
Oleh karena itu, Yesus menyatakan bahwa lebih mudah seekor unta masuk dalam
lubang jarum dari pada orang kaya masuk kerajaan Surga.
Tentang lubang jarum, ada pintu yang berupa
lorong sempit dan gelap di tembok pembatas kota yang hanya terbuka pada malam
hari/ setelah “jam kerja” setiap orang yang dari luar kota wajib masuk lewat
pintu itu pada jam malam. Demikian juga unta. Unta bisa masuk jika orang yang
menungganginya dan semua bawaannya turun karena barang bawaan mereka harus
diperiksa dan discreening untuk dikenai pajak. Unta bisa masuk dalam pintu
kecil itu tanpa membawa apa2 dan ia harus ditarik oleh Tuannya. Karena unta
tidak dapat bergerak masuk dengan senidirinya tanpa ditarik masuk oleh Tuhannya
melewati lorong yang sempit dan gelap itu.
Terikat oleh apakah atau siapakah hatimu sehingga
membuat kita kehilangan hidup kekal dan kehilangan damai dan sukacita sejati?
Biarlah hati kita terikat hanya pada Yesus saja
yang bisa memberikan hidup kekal dan damai serta sukacita yang sejati kepada
kita. (AM)
Selasa, 01 September 2015
KALA IBU BERDOA.....
MATIUS 15:21-28
Peran seorang wanita dalam kehidupan rumah tangga sangatlah penting dan tidak ringan. Sebagai seorang Istri, ia harus benar-benar bisa menjadi Penolong yang sepadan bagi suaminya. Tidak mudah menjadi penolong yang sepadan bagi suami kita. sering kali kita malah menjadi penolong yang berusaha lebih tinggi dari suami karena kita merasa kita lebih mampu dan sanggup menolong suami kita.
Sebagai seorang ibu bagi anak-anak yang Tuhan percayakan, ia harus menjadi teladan, pendidik, orang tua, sahabat, pengayom, pembimbing, bahkan masih banyak lagi tugas dan tanggung jawab seorang ibu dalam keluarga. Hal ini bukan berarti mengecilkan peran ayah. Tetapi demikianlah yang sering kali terjadi terutama dalam kehidupan budaya timur di mana pembagian peran ayah dan ibu masih dalam lingkup urusan pekerjaan dan mencari uang adalah urusan ayah yang menghabiskan sebagian besar waktunya di luar rumah dan tidak bersama dengan anak-anak, sedangkan urusan anak-anak dan tetekbengeknya adalah urusan ibu yang sebagian besar waktunya di rumah bersama dengan anak-anak.
Oleh karena itu tidak sedikit beban yang ditanggung ibu berkaitan dengan peran dan tanggung jawabnya terhadap anak-anak. Dengan segenap kekuatan fisik, emosi dan keberadaan seorang ibu tidak akan mampu menangani semua pergumulan yang terjadi dalam kehidupan anak-anak mereka. Benar tiap hari ibu yang memiliki waktu banyak di rumah bersama dengan anak. Akan tetapi. Pada kenyataannya, sebagian besar waktu anak selama ayah tidak di rumah adalah tidak di rumah juga karena anak sibuk dengan sekolahnya, dengan les tambahannya, dengan pergaulannya. Alhasil, waktu dengan ibu pun sedikit.
Tidak sedikit ibu-ibu yang bergumul akan kehidupan anak-anak mereka. Apa yang bisa ibu-ibu lakukan?
Belajar dari seorang ibu, kita juga akan belajar bagaimana ibu ini membawa pergumulan-pergumulannya di hadapan Tuhan.
1. Menjadikan pergumulan anak sebagai pergumulan ibu
Dalam kehidupan kita sebagai orang Timur, anak sering kali didapati lebih dekat dengan ibu. Tidak hanya itu saja, seringkali pergumulan ibu bersumber dari pergumulan anak. Misalnya, anak bergumul karena tidak bisa matematika, anak tidak bergumul sendiri, ibu pun ikut bergumul. Ibu ikut belajar bahkan anak sudah tidak bergumul dan sudah cuek, ibu masih bergumul dan berjuang agar anaknya berhasil dalam matematika. Hal yang sama yang dirasakan oleh seorang ibu Siro Fenisia ini. anaknya bergumul berat bahkan menderita lahir dan batin karena ia kerasukan setan. Dan pergumulan itu tidak menjadi pergumulan dan penderitaan anaknya saja, tetapi juga menjadi pergumulan dan penderitaan ibunya. Sehingga ia datang kepada Yesus dan berkata, Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita (15:22).
2. Membawa pergumulan kepada Yesus.
Ketika ibu Siro Fenisia ini datang kepada Yesus dengan membawa oergumulannya. Ia menyatakan pergumulan dan penderitaannya kepada Yesus. Ia ingin Tuhan Yesus mengetahui, memahami pergumulan dan penderitaannya. Bahkan ia juga ingin Tuhan Yesus merasakan pergumulan dan penderitaannya. Dengan kata lain, ibu ini ingin pergumulannya ini menjadi pergumulan Tuhan Yesus juga sehingga Tuhan Yesus mau melakukan sesuatu baginya dan bagi anaknya karena Yesus mampu melakukannya.
Dalam kehidupan kita bergumul bagi anak-anak kita, jangan segan membawanya kepada Tuhan untuk menyatakan pergumulan dan penderitaan kita kepada Tuhan. Biarlah pergumulan kita menjadi pergumulan Tuhan dan Tuhan akan menolong kita dalam menghadapi pergumulan kita bahkan memberikan penyelesaian yang terbaik menurut Tuhan.
3.Tidak pernah putus asa dan tetap merendahkan diri.
Tidak mudah bagi ibu ini kala berhadapan dengan Yesus. Bayangannya adalah ia akan diterima oleh Yesus, diperhatikan dan diperlakukan dengan baik seperti halnya dengan orang-orang Yahudi yang ditolong-Nya sehingga pergumulannya cepat selesai.
Namun kenyataannya, ia harus pantang menyerah dan harus menerima perlakuan direndahkan oleh Yesus.
Pertama, ia sepertinya tidak dipedulikan oleh Yesus karena permintaannya tidak dijawab sehingga ia harus meminta berulang-ulang kali.
Kedua, ia ditolak karena ia bukan termasuk domba yang hilang dari uamt Israel.
Ketiga, puncaknya, ia direndahkan dengan disamakan dengan seekor anjing, seekor binatang yang hina dan rendah.
Hasil dari tidak putus asa dan tetap merendahkan diri di hadapan Yesus sampai pergumulannya dijawab adalah benar-benar pergumulannya dijawab oleh Tuhan, anaknya dibebaskan dari belenggu setan.
Tidak putus asa dan tidak meninggikan diri itulah yang Tuhan inginkan kala kita datang kepada-Nya membawa pegumulan kita.
Contoh nyata :
Ibu Monika, ibu dari bapa gereja kita Augustinus. Ia bergumul berat karena kehidupan anaknya ini begitu jauh dari Tuhan, begitu kotor dan jahat. Augustinus hidup sembarangan bahkan ia sudah melakukan Zinah sejak masa mudanya dan ia harus tinggal dengan wanita yang melahirkan anak darinya tanpa ikatan pernikahan. Ibu monika adalah ibu yang tekun berdoa membawa semua pergumulannya kepada Tuhan untuk mendapatkan pertolongan. Lama sekali doa itu tejawab, namun ia tidak pernah menyerah. Akhirnya, augustinuspun bertobat bahkan kehidupannya begitu luar biasa.
Emak saya. Ia bergumul untuk anak laki-lakinya yang kecanduan narkotika, menjadi pengedar. Tiap pagi, ia rajin ikut doa pagi di sebuah gereja dekat rumah kami. Ia berdoa, berdoa dan berdoa. Hasil Tuhan menjawab pergumulannya dengan cara anaknya ditangkap polisi dan dimasukkan penjara. Namun itu titik balik yang membawa anaknya dalam pertobatan. Bahkan ia masuk seminari dan sekarang menjadi seorang pendeta.
Betapa besar peran ibu yang berdoa bagi anak-anaknya. Kala ibu berdoa, sampailah pergumulan anak kepada Tuhan. Kala ibu berdoa, ibu belajar pantang menyerah dan merendahkan diri di hadapan Tuhan. Kala ibu berdoa, ada mujizat terjadi melalui doa kita.
Apa yang menjadi pergumulanmu? Sikap dan perbuatan anakmu? Kesulitannya dalam belajar? Ketidakpeduliannya untuk sekolah? Pergaulannya? Kehidupannya kala ia jauh dari kita? pertumbuhannya? Kerohaniannya? Pengenalannya akan Tuhan? Atau apa...? BERDOALAH, BAWA SEMUA PADA TUHAN. JANGAN PUTUS ASA DAN TETAP RENDAHKAN DIRIMU DIHADAPANNYA. DAN ENGKAU AKAN MELIHAT HASILNYA. (Ambar Metasari).
Peran seorang wanita dalam kehidupan rumah tangga sangatlah penting dan tidak ringan. Sebagai seorang Istri, ia harus benar-benar bisa menjadi Penolong yang sepadan bagi suaminya. Tidak mudah menjadi penolong yang sepadan bagi suami kita. sering kali kita malah menjadi penolong yang berusaha lebih tinggi dari suami karena kita merasa kita lebih mampu dan sanggup menolong suami kita.
Sebagai seorang ibu bagi anak-anak yang Tuhan percayakan, ia harus menjadi teladan, pendidik, orang tua, sahabat, pengayom, pembimbing, bahkan masih banyak lagi tugas dan tanggung jawab seorang ibu dalam keluarga. Hal ini bukan berarti mengecilkan peran ayah. Tetapi demikianlah yang sering kali terjadi terutama dalam kehidupan budaya timur di mana pembagian peran ayah dan ibu masih dalam lingkup urusan pekerjaan dan mencari uang adalah urusan ayah yang menghabiskan sebagian besar waktunya di luar rumah dan tidak bersama dengan anak-anak, sedangkan urusan anak-anak dan tetekbengeknya adalah urusan ibu yang sebagian besar waktunya di rumah bersama dengan anak-anak.
Oleh karena itu tidak sedikit beban yang ditanggung ibu berkaitan dengan peran dan tanggung jawabnya terhadap anak-anak. Dengan segenap kekuatan fisik, emosi dan keberadaan seorang ibu tidak akan mampu menangani semua pergumulan yang terjadi dalam kehidupan anak-anak mereka. Benar tiap hari ibu yang memiliki waktu banyak di rumah bersama dengan anak. Akan tetapi. Pada kenyataannya, sebagian besar waktu anak selama ayah tidak di rumah adalah tidak di rumah juga karena anak sibuk dengan sekolahnya, dengan les tambahannya, dengan pergaulannya. Alhasil, waktu dengan ibu pun sedikit.
Tidak sedikit ibu-ibu yang bergumul akan kehidupan anak-anak mereka. Apa yang bisa ibu-ibu lakukan?
Belajar dari seorang ibu, kita juga akan belajar bagaimana ibu ini membawa pergumulan-pergumulannya di hadapan Tuhan.
1. Menjadikan pergumulan anak sebagai pergumulan ibu
Dalam kehidupan kita sebagai orang Timur, anak sering kali didapati lebih dekat dengan ibu. Tidak hanya itu saja, seringkali pergumulan ibu bersumber dari pergumulan anak. Misalnya, anak bergumul karena tidak bisa matematika, anak tidak bergumul sendiri, ibu pun ikut bergumul. Ibu ikut belajar bahkan anak sudah tidak bergumul dan sudah cuek, ibu masih bergumul dan berjuang agar anaknya berhasil dalam matematika. Hal yang sama yang dirasakan oleh seorang ibu Siro Fenisia ini. anaknya bergumul berat bahkan menderita lahir dan batin karena ia kerasukan setan. Dan pergumulan itu tidak menjadi pergumulan dan penderitaan anaknya saja, tetapi juga menjadi pergumulan dan penderitaan ibunya. Sehingga ia datang kepada Yesus dan berkata, Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita (15:22).
2. Membawa pergumulan kepada Yesus.
Ketika ibu Siro Fenisia ini datang kepada Yesus dengan membawa oergumulannya. Ia menyatakan pergumulan dan penderitaannya kepada Yesus. Ia ingin Tuhan Yesus mengetahui, memahami pergumulan dan penderitaannya. Bahkan ia juga ingin Tuhan Yesus merasakan pergumulan dan penderitaannya. Dengan kata lain, ibu ini ingin pergumulannya ini menjadi pergumulan Tuhan Yesus juga sehingga Tuhan Yesus mau melakukan sesuatu baginya dan bagi anaknya karena Yesus mampu melakukannya.
Dalam kehidupan kita bergumul bagi anak-anak kita, jangan segan membawanya kepada Tuhan untuk menyatakan pergumulan dan penderitaan kita kepada Tuhan. Biarlah pergumulan kita menjadi pergumulan Tuhan dan Tuhan akan menolong kita dalam menghadapi pergumulan kita bahkan memberikan penyelesaian yang terbaik menurut Tuhan.
3.Tidak pernah putus asa dan tetap merendahkan diri.
Tidak mudah bagi ibu ini kala berhadapan dengan Yesus. Bayangannya adalah ia akan diterima oleh Yesus, diperhatikan dan diperlakukan dengan baik seperti halnya dengan orang-orang Yahudi yang ditolong-Nya sehingga pergumulannya cepat selesai.
Namun kenyataannya, ia harus pantang menyerah dan harus menerima perlakuan direndahkan oleh Yesus.
Pertama, ia sepertinya tidak dipedulikan oleh Yesus karena permintaannya tidak dijawab sehingga ia harus meminta berulang-ulang kali.
Kedua, ia ditolak karena ia bukan termasuk domba yang hilang dari uamt Israel.
Ketiga, puncaknya, ia direndahkan dengan disamakan dengan seekor anjing, seekor binatang yang hina dan rendah.
Hasil dari tidak putus asa dan tetap merendahkan diri di hadapan Yesus sampai pergumulannya dijawab adalah benar-benar pergumulannya dijawab oleh Tuhan, anaknya dibebaskan dari belenggu setan.
Tidak putus asa dan tidak meninggikan diri itulah yang Tuhan inginkan kala kita datang kepada-Nya membawa pegumulan kita.
Contoh nyata :
Ibu Monika, ibu dari bapa gereja kita Augustinus. Ia bergumul berat karena kehidupan anaknya ini begitu jauh dari Tuhan, begitu kotor dan jahat. Augustinus hidup sembarangan bahkan ia sudah melakukan Zinah sejak masa mudanya dan ia harus tinggal dengan wanita yang melahirkan anak darinya tanpa ikatan pernikahan. Ibu monika adalah ibu yang tekun berdoa membawa semua pergumulannya kepada Tuhan untuk mendapatkan pertolongan. Lama sekali doa itu tejawab, namun ia tidak pernah menyerah. Akhirnya, augustinuspun bertobat bahkan kehidupannya begitu luar biasa.
Emak saya. Ia bergumul untuk anak laki-lakinya yang kecanduan narkotika, menjadi pengedar. Tiap pagi, ia rajin ikut doa pagi di sebuah gereja dekat rumah kami. Ia berdoa, berdoa dan berdoa. Hasil Tuhan menjawab pergumulannya dengan cara anaknya ditangkap polisi dan dimasukkan penjara. Namun itu titik balik yang membawa anaknya dalam pertobatan. Bahkan ia masuk seminari dan sekarang menjadi seorang pendeta.
Betapa besar peran ibu yang berdoa bagi anak-anaknya. Kala ibu berdoa, sampailah pergumulan anak kepada Tuhan. Kala ibu berdoa, ibu belajar pantang menyerah dan merendahkan diri di hadapan Tuhan. Kala ibu berdoa, ada mujizat terjadi melalui doa kita.
Apa yang menjadi pergumulanmu? Sikap dan perbuatan anakmu? Kesulitannya dalam belajar? Ketidakpeduliannya untuk sekolah? Pergaulannya? Kehidupannya kala ia jauh dari kita? pertumbuhannya? Kerohaniannya? Pengenalannya akan Tuhan? Atau apa...? BERDOALAH, BAWA SEMUA PADA TUHAN. JANGAN PUTUS ASA DAN TETAP RENDAHKAN DIRIMU DIHADAPANNYA. DAN ENGKAU AKAN MELIHAT HASILNYA. (Ambar Metasari).
posted from Bloggeroid
Langganan:
Postingan (Atom)