Rabu, 09 September 2015

Egosentris vs Altruis
Efesus 3:13-21

Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah”. (Efesus 3:18-19)

Di tengah-tengah dunia yang maju dan mengglobal, manusia makin hari makin mencintai dirinya sendiri (bdk. 2 Tim 3:1-9) Manusia makin lama makin egosentris (berpusat pada diri sendiri), segala sesuatu yang dia lakukan hanya berpusat pada diri sendiri. Tanpa mempedulikan pengaruh dan akibat dari semua hal yang berpusat pada diri sendiri. Baru-baru ini di Taiwan para remaja wanita ataupun pria lagi mengandrungi pakaian dari kantong palstik sambil foto selfie. Mereka tidak peduli dengan sekitar mereka, mereka tidak peduli akibat dari tindakan tersebut. Ini ciri-ciri manusia yang makin egosentris.

Menarik sekali, di tengah-tengah dunia yang egosentris, alkitab memberikan pengajaran yang sangat berbeda. Lawan dari egosentris adalah altruis. Alkitab mengajarkan orang percaya harurslah menjadi manusia yang altruis (orang yang mengutamakan kepentingan orang lain dari pada kepentingan pribadi. Orang yang altruis adalah orang yang tidak mementingakan dirinya sendiri).

Bagaimana dengan orang Kristen? Apakah penyakit egosentris juga sudah merasuk masuk dalam sendi-sendi kehidupan? Perhatikan doa kita, berapa banyak dari doa kita yang pusatnya adalah kita dan bukan Tuhan. Berapa banyak dari doa kita yang isi permohonannya untuk memuaskan apa yang kita inginkan dari pada yang Tuhan inginkan terjadi dalam hidup kita? Bagaimana dengan pengawai kita? Bagaimana kita memperlakukan mereka? Bagaimana dengan tentangga kita yang mungkin secara status berbeda dengan kita?

Kota Efesus di mana Paulus menulis surat ini merupakan salah satu ibu kota propinsi yang maju dan berkembang dengan perdagangan dan juga sistem penyembahan berhala dan penyembahan kepada kaisar yang begitu kuat yang terletak di Asia Kecil. Di kota ini berdiri kuil Dewi Arthemis yang menjadi tempat di mana para wanita menjadi pelacur bakti (mereka menyerahkan diri mereka ke kuil dewi Arthemis). Orang-orang datang ke tempat ini untuk memuja dan memuaskan hawa nafsunya di kuil ini. Oleh karena itu kota Efesus bisa menjadi tempat yang paling cocok untuk bertumbuhnya egosentris. Para kaisar yang meminta diri mereka di puja seperti dewa. Kaisar adalah Tuhan ini merupakan hal yang biasa di lakukan oleh para kaisar.

Namun Rasul Paulus dalam suratnya kepada Jemaat di Efesus yang ditulisnya dalam penjara, tidak sedang meminta jemaat Efesus untuk mengasihaninya atau meminta mereka untuk menguatkan Paulus. Justru dalam pergumulan jemaat Efesus yang berada di tengah-tengah kota yang demikian Paulus mengingat mereka. Paulus justru menguatkan jemaat di Efesus.

Paulus berkata,”... kesesakanku itu adalah kemuliaanmu...”. Paulus tidak mau hidupnya menjadi beban buat orang lain, khususnya jemaat Efesus. Yang tau bahwa Paulus dalam penjara. Keberadaannya dalam penjara bukan menjadi kesempatan memohon belas kasihan dari jemaat Efesus (bagaimana dengan hamba-hamba Tuhan zaman sekarang? Yang bahkan pakai-pakai nama Tuhan untuk mendapat dukungan dan perhatian dari jemaat).

Sebaliknya Paulus dalam Efesus 3:13-21, tiga kali dicatat Paulus berdoa untuk jemaat Efesus (Ef. 3:16; 18; 19), bagaimana dengan kita, terus minta didoakan atau mendoakan? Bagaimana dengan Hamba Tuhan sekarang? Berapa banyak jemaat yang kita doakan (kita doakan karena profesi atau karena kita mencintainya sebagai domba-domba kepunyaan TUAN kita Yesus Kristus?). Paulus tidak berkata, tolong doakan saya yang dalam penjara ya...doakan supaya Tuhan segera lepaskan. Hidupnya bagi Kristus dan bagi orang-orang yang Tuhan percayakan kepada-Nya. Ini ciri murid Kristus. Murid Kristus harusnya adalah orang-orang yang altruis. Bdk. 2 Korintus 5:15 “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.”

Tujuan nasehat Paulus, pertama agar iman jemaat Efesus tetapa kuat dan teguh. Kedua agar jemaat Efesus berakar dan berdasar pada kasih Kristus. Ketiga agar jemaat Efesus makin memahami dan mengenal betapa lebar dan panjang, tinggi dan dalam kasih Kristus. Keempat agar jemaat Efesus menjadi jemaat yang sungguh memuliakan Tuhan. (Efesus 3:16-21). Paulus rindu jemaat Efesus makin mengenal Kristus dan kasih-Nya yang besar. Paulus rindu melihat orang lain berubah dan berbuah

Bagaimana dengan kita, adakah kita rindu melihat orang lain berubah dan berubah ketika mereka mengenal Kristus lebih dalam lagi? Paulus adalah orang yang altruis di dalam Kristus. Kehidupan Paulus yang altruis lahir dari hidup yang sudah diubahkan oleh Kristus. Hidup yang sudah mengalami betapa lebar dan panjang, tinggi dan dalam kasih Kristus adalah hidup yang berubah dan berbuah menjadi kesaksian bagi kemuliaan Allah. Kira Tuhan menolong kita untuk jadi orang percaya yang altruis di dalam Kristus dan menjadi berkat. Amin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar