Egosentris vs Altruis
Efesus 3:13-21
“Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan
segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya
dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia
melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa,
supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah”. (Efesus 3:18-19)
Di
tengah-tengah dunia yang maju dan mengglobal, manusia makin hari makin mencintai
dirinya sendiri (bdk. 2 Tim 3:1-9) Manusia makin lama makin egosentris
(berpusat pada diri sendiri), segala sesuatu yang dia lakukan hanya berpusat
pada diri sendiri. Tanpa mempedulikan pengaruh dan akibat dari semua hal yang
berpusat pada diri sendiri. Baru-baru ini di Taiwan para remaja wanita ataupun
pria lagi mengandrungi pakaian dari kantong palstik sambil foto selfie. Mereka
tidak peduli dengan sekitar mereka, mereka tidak peduli akibat dari tindakan
tersebut. Ini ciri-ciri manusia yang makin egosentris.
Menarik
sekali, di tengah-tengah dunia yang egosentris, alkitab memberikan pengajaran
yang sangat berbeda. Lawan dari egosentris adalah altruis. Alkitab mengajarkan
orang percaya harurslah menjadi manusia yang altruis (orang yang mengutamakan
kepentingan orang lain dari pada kepentingan pribadi. Orang yang altruis adalah
orang yang tidak mementingakan dirinya sendiri).
Bagaimana
dengan orang Kristen? Apakah penyakit egosentris juga sudah merasuk masuk dalam
sendi-sendi kehidupan? Perhatikan doa kita, berapa banyak dari doa kita yang
pusatnya adalah kita dan bukan Tuhan. Berapa banyak dari doa kita yang isi
permohonannya untuk memuaskan apa yang kita inginkan dari pada yang Tuhan
inginkan terjadi dalam hidup kita? Bagaimana dengan pengawai kita? Bagaimana kita
memperlakukan mereka? Bagaimana dengan tentangga kita yang mungkin secara
status berbeda dengan kita?
Kota
Efesus di mana Paulus menulis surat ini merupakan salah satu ibu kota propinsi
yang maju dan berkembang dengan perdagangan dan juga sistem penyembahan berhala
dan penyembahan kepada kaisar yang begitu kuat yang terletak di Asia Kecil. Di
kota ini berdiri kuil Dewi Arthemis yang menjadi tempat di mana para wanita
menjadi pelacur bakti (mereka menyerahkan diri mereka ke kuil dewi Arthemis). Orang-orang
datang ke tempat ini untuk memuja dan memuaskan hawa nafsunya di kuil ini. Oleh
karena itu kota Efesus bisa menjadi tempat yang paling cocok untuk bertumbuhnya
egosentris. Para kaisar yang meminta diri mereka di puja seperti dewa. Kaisar
adalah Tuhan ini merupakan hal yang biasa di lakukan oleh para kaisar.
Namun Rasul
Paulus dalam suratnya kepada Jemaat di Efesus yang ditulisnya dalam penjara,
tidak sedang meminta jemaat Efesus untuk mengasihaninya atau meminta mereka
untuk menguatkan Paulus. Justru dalam pergumulan jemaat Efesus yang berada di
tengah-tengah kota yang demikian Paulus mengingat mereka. Paulus justru
menguatkan jemaat di Efesus.
Paulus
berkata,”... kesesakanku itu adalah kemuliaanmu...”. Paulus tidak mau hidupnya menjadi beban buat
orang lain, khususnya jemaat Efesus. Yang tau bahwa Paulus dalam penjara. Keberadaannya
dalam penjara bukan menjadi kesempatan memohon belas kasihan dari jemaat Efesus
(bagaimana dengan hamba-hamba Tuhan zaman sekarang? Yang bahkan pakai-pakai
nama Tuhan untuk mendapat dukungan dan perhatian dari jemaat).
Sebaliknya Paulus dalam Efesus 3:13-21, tiga
kali dicatat Paulus berdoa untuk jemaat Efesus (Ef. 3:16; 18; 19),
bagaimana dengan kita, terus minta didoakan atau mendoakan? Bagaimana dengan Hamba
Tuhan sekarang? Berapa banyak jemaat yang kita doakan (kita doakan karena
profesi atau karena kita mencintainya sebagai domba-domba kepunyaan TUAN kita
Yesus Kristus?). Paulus tidak berkata, tolong doakan saya yang dalam penjara
ya...doakan supaya Tuhan segera lepaskan. Hidupnya bagi Kristus dan bagi orang-orang
yang Tuhan percayakan kepada-Nya. Ini ciri murid Kristus. Murid Kristus
harusnya adalah orang-orang yang altruis. Bdk. 2 Korintus 5:15 “Dan Kristus
telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup
untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah
dibangkitkan untuk mereka.”
Tujuan nasehat Paulus, pertama agar iman jemaat Efesus
tetapa kuat dan teguh. Kedua agar jemaat Efesus berakar dan
berdasar pada kasih Kristus. Ketiga agar jemaat Efesus makin
memahami dan mengenal betapa lebar dan panjang, tinggi dan dalam kasih Kristus.
Keempat
agar jemaat Efesus menjadi jemaat yang sungguh memuliakan Tuhan. (Efesus
3:16-21). Paulus rindu jemaat Efesus makin mengenal Kristus dan kasih-Nya yang
besar. Paulus rindu melihat orang lain berubah dan berbuah.
Bagaimana dengan
kita, adakah kita rindu melihat orang lain berubah dan berubah ketika mereka
mengenal Kristus lebih dalam lagi? Paulus adalah orang yang altruis di dalam
Kristus. Kehidupan Paulus yang altruis lahir dari hidup yang sudah diubahkan
oleh Kristus. Hidup yang sudah mengalami betapa lebar dan panjang, tinggi dan
dalam kasih Kristus adalah hidup yang berubah dan berbuah menjadi kesaksian
bagi kemuliaan Allah. Kira Tuhan menolong kita untuk jadi orang percaya yang
altruis di dalam Kristus dan menjadi berkat. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar