MATIUS 15:21-28
Peran seorang wanita dalam kehidupan rumah tangga sangatlah penting dan tidak ringan. Sebagai seorang Istri, ia harus benar-benar bisa menjadi Penolong yang sepadan bagi suaminya. Tidak mudah menjadi penolong yang sepadan bagi suami kita. sering kali kita malah menjadi penolong yang berusaha lebih tinggi dari suami karena kita merasa kita lebih mampu dan sanggup menolong suami kita.
Sebagai seorang ibu bagi anak-anak yang Tuhan percayakan, ia harus menjadi teladan, pendidik, orang tua, sahabat, pengayom, pembimbing, bahkan masih banyak lagi tugas dan tanggung jawab seorang ibu dalam keluarga. Hal ini bukan berarti mengecilkan peran ayah. Tetapi demikianlah yang sering kali terjadi terutama dalam kehidupan budaya timur di mana pembagian peran ayah dan ibu masih dalam lingkup urusan pekerjaan dan mencari uang adalah urusan ayah yang menghabiskan sebagian besar waktunya di luar rumah dan tidak bersama dengan anak-anak, sedangkan urusan anak-anak dan tetekbengeknya adalah urusan ibu yang sebagian besar waktunya di rumah bersama dengan anak-anak.
Oleh karena itu tidak sedikit beban yang ditanggung ibu berkaitan dengan peran dan tanggung jawabnya terhadap anak-anak. Dengan segenap kekuatan fisik, emosi dan keberadaan seorang ibu tidak akan mampu menangani semua pergumulan yang terjadi dalam kehidupan anak-anak mereka. Benar tiap hari ibu yang memiliki waktu banyak di rumah bersama dengan anak. Akan tetapi. Pada kenyataannya, sebagian besar waktu anak selama ayah tidak di rumah adalah tidak di rumah juga karena anak sibuk dengan sekolahnya, dengan les tambahannya, dengan pergaulannya. Alhasil, waktu dengan ibu pun sedikit.
Tidak sedikit ibu-ibu yang bergumul akan kehidupan anak-anak mereka. Apa yang bisa ibu-ibu lakukan?
Belajar dari seorang ibu, kita juga akan belajar bagaimana ibu ini membawa pergumulan-pergumulannya di hadapan Tuhan.
1. Menjadikan pergumulan anak sebagai pergumulan ibu
Dalam kehidupan kita sebagai orang Timur, anak sering kali didapati lebih dekat dengan ibu. Tidak hanya itu saja, seringkali pergumulan ibu bersumber dari pergumulan anak. Misalnya, anak bergumul karena tidak bisa matematika, anak tidak bergumul sendiri, ibu pun ikut bergumul. Ibu ikut belajar bahkan anak sudah tidak bergumul dan sudah cuek, ibu masih bergumul dan berjuang agar anaknya berhasil dalam matematika. Hal yang sama yang dirasakan oleh seorang ibu Siro Fenisia ini. anaknya bergumul berat bahkan menderita lahir dan batin karena ia kerasukan setan. Dan pergumulan itu tidak menjadi pergumulan dan penderitaan anaknya saja, tetapi juga menjadi pergumulan dan penderitaan ibunya. Sehingga ia datang kepada Yesus dan berkata, Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita (15:22).
2. Membawa pergumulan kepada Yesus.
Ketika ibu Siro Fenisia ini datang kepada Yesus dengan membawa oergumulannya. Ia menyatakan pergumulan dan penderitaannya kepada Yesus. Ia ingin Tuhan Yesus mengetahui, memahami pergumulan dan penderitaannya. Bahkan ia juga ingin Tuhan Yesus merasakan pergumulan dan penderitaannya. Dengan kata lain, ibu ini ingin pergumulannya ini menjadi pergumulan Tuhan Yesus juga sehingga Tuhan Yesus mau melakukan sesuatu baginya dan bagi anaknya karena Yesus mampu melakukannya.
Dalam kehidupan kita bergumul bagi anak-anak kita, jangan segan membawanya kepada Tuhan untuk menyatakan pergumulan dan penderitaan kita kepada Tuhan. Biarlah pergumulan kita menjadi pergumulan Tuhan dan Tuhan akan menolong kita dalam menghadapi pergumulan kita bahkan memberikan penyelesaian yang terbaik menurut Tuhan.
3.Tidak pernah putus asa dan tetap merendahkan diri.
Tidak mudah bagi ibu ini kala berhadapan dengan Yesus. Bayangannya adalah ia akan diterima oleh Yesus, diperhatikan dan diperlakukan dengan baik seperti halnya dengan orang-orang Yahudi yang ditolong-Nya sehingga pergumulannya cepat selesai.
Namun kenyataannya, ia harus pantang menyerah dan harus menerima perlakuan direndahkan oleh Yesus.
Pertama, ia sepertinya tidak dipedulikan oleh Yesus karena permintaannya tidak dijawab sehingga ia harus meminta berulang-ulang kali.
Kedua, ia ditolak karena ia bukan termasuk domba yang hilang dari uamt Israel.
Ketiga, puncaknya, ia direndahkan dengan disamakan dengan seekor anjing, seekor binatang yang hina dan rendah.
Hasil dari tidak putus asa dan tetap merendahkan diri di hadapan Yesus sampai pergumulannya dijawab adalah benar-benar pergumulannya dijawab oleh Tuhan, anaknya dibebaskan dari belenggu setan.
Tidak putus asa dan tidak meninggikan diri itulah yang Tuhan inginkan kala kita datang kepada-Nya membawa pegumulan kita.
Contoh nyata :
Ibu Monika, ibu dari bapa gereja kita Augustinus. Ia bergumul berat karena kehidupan anaknya ini begitu jauh dari Tuhan, begitu kotor dan jahat. Augustinus hidup sembarangan bahkan ia sudah melakukan Zinah sejak masa mudanya dan ia harus tinggal dengan wanita yang melahirkan anak darinya tanpa ikatan pernikahan. Ibu monika adalah ibu yang tekun berdoa membawa semua pergumulannya kepada Tuhan untuk mendapatkan pertolongan. Lama sekali doa itu tejawab, namun ia tidak pernah menyerah. Akhirnya, augustinuspun bertobat bahkan kehidupannya begitu luar biasa.
Emak saya. Ia bergumul untuk anak laki-lakinya yang kecanduan narkotika, menjadi pengedar. Tiap pagi, ia rajin ikut doa pagi di sebuah gereja dekat rumah kami. Ia berdoa, berdoa dan berdoa. Hasil Tuhan menjawab pergumulannya dengan cara anaknya ditangkap polisi dan dimasukkan penjara. Namun itu titik balik yang membawa anaknya dalam pertobatan. Bahkan ia masuk seminari dan sekarang menjadi seorang pendeta.
Betapa besar peran ibu yang berdoa bagi anak-anaknya. Kala ibu berdoa, sampailah pergumulan anak kepada Tuhan. Kala ibu berdoa, ibu belajar pantang menyerah dan merendahkan diri di hadapan Tuhan. Kala ibu berdoa, ada mujizat terjadi melalui doa kita.
Apa yang menjadi pergumulanmu? Sikap dan perbuatan anakmu? Kesulitannya dalam belajar? Ketidakpeduliannya untuk sekolah? Pergaulannya? Kehidupannya kala ia jauh dari kita? pertumbuhannya? Kerohaniannya? Pengenalannya akan Tuhan? Atau apa...? BERDOALAH, BAWA SEMUA PADA TUHAN. JANGAN PUTUS ASA DAN TETAP RENDAHKAN DIRIMU DIHADAPANNYA. DAN ENGKAU AKAN MELIHAT HASILNYA. (Ambar Metasari).
Peran seorang wanita dalam kehidupan rumah tangga sangatlah penting dan tidak ringan. Sebagai seorang Istri, ia harus benar-benar bisa menjadi Penolong yang sepadan bagi suaminya. Tidak mudah menjadi penolong yang sepadan bagi suami kita. sering kali kita malah menjadi penolong yang berusaha lebih tinggi dari suami karena kita merasa kita lebih mampu dan sanggup menolong suami kita.
Sebagai seorang ibu bagi anak-anak yang Tuhan percayakan, ia harus menjadi teladan, pendidik, orang tua, sahabat, pengayom, pembimbing, bahkan masih banyak lagi tugas dan tanggung jawab seorang ibu dalam keluarga. Hal ini bukan berarti mengecilkan peran ayah. Tetapi demikianlah yang sering kali terjadi terutama dalam kehidupan budaya timur di mana pembagian peran ayah dan ibu masih dalam lingkup urusan pekerjaan dan mencari uang adalah urusan ayah yang menghabiskan sebagian besar waktunya di luar rumah dan tidak bersama dengan anak-anak, sedangkan urusan anak-anak dan tetekbengeknya adalah urusan ibu yang sebagian besar waktunya di rumah bersama dengan anak-anak.
Oleh karena itu tidak sedikit beban yang ditanggung ibu berkaitan dengan peran dan tanggung jawabnya terhadap anak-anak. Dengan segenap kekuatan fisik, emosi dan keberadaan seorang ibu tidak akan mampu menangani semua pergumulan yang terjadi dalam kehidupan anak-anak mereka. Benar tiap hari ibu yang memiliki waktu banyak di rumah bersama dengan anak. Akan tetapi. Pada kenyataannya, sebagian besar waktu anak selama ayah tidak di rumah adalah tidak di rumah juga karena anak sibuk dengan sekolahnya, dengan les tambahannya, dengan pergaulannya. Alhasil, waktu dengan ibu pun sedikit.
Tidak sedikit ibu-ibu yang bergumul akan kehidupan anak-anak mereka. Apa yang bisa ibu-ibu lakukan?
Belajar dari seorang ibu, kita juga akan belajar bagaimana ibu ini membawa pergumulan-pergumulannya di hadapan Tuhan.
1. Menjadikan pergumulan anak sebagai pergumulan ibu
Dalam kehidupan kita sebagai orang Timur, anak sering kali didapati lebih dekat dengan ibu. Tidak hanya itu saja, seringkali pergumulan ibu bersumber dari pergumulan anak. Misalnya, anak bergumul karena tidak bisa matematika, anak tidak bergumul sendiri, ibu pun ikut bergumul. Ibu ikut belajar bahkan anak sudah tidak bergumul dan sudah cuek, ibu masih bergumul dan berjuang agar anaknya berhasil dalam matematika. Hal yang sama yang dirasakan oleh seorang ibu Siro Fenisia ini. anaknya bergumul berat bahkan menderita lahir dan batin karena ia kerasukan setan. Dan pergumulan itu tidak menjadi pergumulan dan penderitaan anaknya saja, tetapi juga menjadi pergumulan dan penderitaan ibunya. Sehingga ia datang kepada Yesus dan berkata, Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita (15:22).
2. Membawa pergumulan kepada Yesus.
Ketika ibu Siro Fenisia ini datang kepada Yesus dengan membawa oergumulannya. Ia menyatakan pergumulan dan penderitaannya kepada Yesus. Ia ingin Tuhan Yesus mengetahui, memahami pergumulan dan penderitaannya. Bahkan ia juga ingin Tuhan Yesus merasakan pergumulan dan penderitaannya. Dengan kata lain, ibu ini ingin pergumulannya ini menjadi pergumulan Tuhan Yesus juga sehingga Tuhan Yesus mau melakukan sesuatu baginya dan bagi anaknya karena Yesus mampu melakukannya.
Dalam kehidupan kita bergumul bagi anak-anak kita, jangan segan membawanya kepada Tuhan untuk menyatakan pergumulan dan penderitaan kita kepada Tuhan. Biarlah pergumulan kita menjadi pergumulan Tuhan dan Tuhan akan menolong kita dalam menghadapi pergumulan kita bahkan memberikan penyelesaian yang terbaik menurut Tuhan.
3.Tidak pernah putus asa dan tetap merendahkan diri.
Tidak mudah bagi ibu ini kala berhadapan dengan Yesus. Bayangannya adalah ia akan diterima oleh Yesus, diperhatikan dan diperlakukan dengan baik seperti halnya dengan orang-orang Yahudi yang ditolong-Nya sehingga pergumulannya cepat selesai.
Namun kenyataannya, ia harus pantang menyerah dan harus menerima perlakuan direndahkan oleh Yesus.
Pertama, ia sepertinya tidak dipedulikan oleh Yesus karena permintaannya tidak dijawab sehingga ia harus meminta berulang-ulang kali.
Kedua, ia ditolak karena ia bukan termasuk domba yang hilang dari uamt Israel.
Ketiga, puncaknya, ia direndahkan dengan disamakan dengan seekor anjing, seekor binatang yang hina dan rendah.
Hasil dari tidak putus asa dan tetap merendahkan diri di hadapan Yesus sampai pergumulannya dijawab adalah benar-benar pergumulannya dijawab oleh Tuhan, anaknya dibebaskan dari belenggu setan.
Tidak putus asa dan tidak meninggikan diri itulah yang Tuhan inginkan kala kita datang kepada-Nya membawa pegumulan kita.
Contoh nyata :
Ibu Monika, ibu dari bapa gereja kita Augustinus. Ia bergumul berat karena kehidupan anaknya ini begitu jauh dari Tuhan, begitu kotor dan jahat. Augustinus hidup sembarangan bahkan ia sudah melakukan Zinah sejak masa mudanya dan ia harus tinggal dengan wanita yang melahirkan anak darinya tanpa ikatan pernikahan. Ibu monika adalah ibu yang tekun berdoa membawa semua pergumulannya kepada Tuhan untuk mendapatkan pertolongan. Lama sekali doa itu tejawab, namun ia tidak pernah menyerah. Akhirnya, augustinuspun bertobat bahkan kehidupannya begitu luar biasa.
Emak saya. Ia bergumul untuk anak laki-lakinya yang kecanduan narkotika, menjadi pengedar. Tiap pagi, ia rajin ikut doa pagi di sebuah gereja dekat rumah kami. Ia berdoa, berdoa dan berdoa. Hasil Tuhan menjawab pergumulannya dengan cara anaknya ditangkap polisi dan dimasukkan penjara. Namun itu titik balik yang membawa anaknya dalam pertobatan. Bahkan ia masuk seminari dan sekarang menjadi seorang pendeta.
Betapa besar peran ibu yang berdoa bagi anak-anaknya. Kala ibu berdoa, sampailah pergumulan anak kepada Tuhan. Kala ibu berdoa, ibu belajar pantang menyerah dan merendahkan diri di hadapan Tuhan. Kala ibu berdoa, ada mujizat terjadi melalui doa kita.
Apa yang menjadi pergumulanmu? Sikap dan perbuatan anakmu? Kesulitannya dalam belajar? Ketidakpeduliannya untuk sekolah? Pergaulannya? Kehidupannya kala ia jauh dari kita? pertumbuhannya? Kerohaniannya? Pengenalannya akan Tuhan? Atau apa...? BERDOALAH, BAWA SEMUA PADA TUHAN. JANGAN PUTUS ASA DAN TETAP RENDAHKAN DIRIMU DIHADAPANNYA. DAN ENGKAU AKAN MELIHAT HASILNYA. (Ambar Metasari).
posted from Bloggeroid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar