I YOHANES 3:10-18
Ada banyak tanda yang menyatakan identitas kita dalam kehidupan kita. Misalnya kita menggunakan cincin kawin itu menyatakan bahwa identitas kita adalah sudah menikah.kita menggunakan kalung/ anting salib dapat menyatakan bahwa identitas kita adalah orang Kristen. Meskipun hal ini sudah tidak menjadi jaminan identitasnya benar. Karena ada banyak orang yang menggunakan kalung salib hanya sebagai aksesoris penampilan belaka. Padahal orangnya tidak Kristen, malah beragama lain.
Nah, pada perikop kita, firman Tuhan dalam 1 Yoh 3:10 Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis: setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya.
Menyatakan bahwa tanda yang menyatakan identitas kita sebagai anak Tuhan adalah : berbuat kebenaran dan mengasihi saudaranya.
Secara khusus dalam hal mengasihi saudaranya, Rasul Yohanes menyatakan bahwa sebagai anak Tuhan harus saling mengasihi dan ini sudah diberitakan jauh sebelumnya, sudah diajarkan oleh Tuhan Yesus sebelum Ia ditangkap, disalib. Yohanes 13:34-35 adalah perintah baru kepada murid-muridnya bahwa mereka harus saling mengasihi sama seperti Yesus sudah mengasihi mereka. Bahkan Tuhan Yesus menyatakan bahwa ketika murid Tuhan saling mengasihi, semua orang akan menjadi tahu bahwa kita adalah murid Yesus. Sebaliknya, orang akan mempertanyakan identitas kita sebagai murid Yesus ketika dalam kehidupan kita, kita tidak memiliki hidup yang saling mengasihi dengan saudara kita.
Oleh karena itu, firman Tuhan dalam 1 Yoh 3:11-18 ada 2 hal prinsip bagaimana kasihku dan kasihmu ini dalam kehidupan bersaudara/dalam kehidupan keluarga.
1. Kasihku dan kasihmu harus mengatasi/melampaui keadaan benar/salah (ay.12).
Dalam bagian ini, rasul Yohanes mengingatkan kita kepada perbuatan dosa kedua yang terjadi dalam keluarga pertama, keluarga adam dan hawa di mana Kain membunuh Habel, adiknya karena di dapati perbuatan Habel dalam memberikan persembahan kepada Tuhan dinilai Tuhan sebagai perbuatan yang benar, sedangkan perbuatan Kain dalam memberikan persembahan kepada Tuhan di nilai Tuhan sebagai perbuatan yang tidak benar. Kain salah sedangkan Habel benar. Keadaan ini membuat, Kain marah dan membunuh Habel.
Saling mengasihi dalam kehidupan orang Kristen harus melampaui keadaan benar/ salah dari orang lain. Jika aku benar dan dia salah, maka yang harus kita lakukan sebagai bukti nyata kasih kita adalah memberikan pengampunan dan penerimaan kembali. Contoh dalam kehidupan keluarga, ada kisah Hosea dan Gomer. Hosea memberikan pengampunan dan penerimaan kembali kepada Gomer yang sudah berulang kali tidak setia kepada Hosea dengan menebus Gomer dan membawanya pulang untuk diterima kembali sebagai istrinya. Dalam hubungan ortu dan akan, kisah anak yang hilang menyatakan meskipun anak berbuat salah, Bapa yang benar memberikan penerimaan kembali dan memberikan pengampunan. Jangan seperti sikap anak sulung yang sama dengan sikap Kain. Marah dan tidak terima.
Jika aku salah dan dia yang benar, maka aku belajar untuk menerima diri bahwa memang aku salah dan dia yang benar. Kalau kita tidak bisa terima keadaan bahwa aku salah dan dia benar, maka sulit bagi kita untuk mengasihi dia yang benar itu. Dengan demikian kita akan tetap utuh menjadi satu keluarga.
Sejak dulu Firman Tuhan melalui rasul Yohanes sudah menyatakan bahwa prinsip saling mengasihi ini sangat berbeda dengan prinsip dunia ini. Sehingga kita tidak perlu heran jika banyak orang mungkin protes akan sikap kita yang masih juga mengasihi saudara kita yang sudah melakukan tindakan-tindakan yang salah. Rasul Yohanes menyatakan dengan tegas ketika keadaan benar/ salah ini membuat kita tidak mengasihi saudara kita itu membuktikan bahwa kita ini masih tetap ada dalam maut dan belum berpindah dari maut kepada hidup. Dengan kata lain, kita ini belum memiliki Kristus dan kasih-Nya dalam hidup kita. Juga ketika kita membenci saudara kita, kita disamakan dengan pembunuh manusia. Karena dengan kebencian yang ada, manusia bisa membunuh orang lain.
2. Kasihku dan kasihmu harus mengatasi/ melampaui diri sendiri (ay 16-17).
Dari bagian firman Tuhan ini mengasihi yang mengatasi/ melampaui diri sendiri adalah dalam hal memberi diri. Memberi apa yang ada dalam diri kita, apa yang kita miliki.
Memberi orang lain dengan sesuatu yang ada di luar diri kita/ yang bukan milik kita itu sangat-sangat mudah. Misalnya ketika korban bencana Tsunami di Mentawai, kita diminta untuk kumpulin baju layak pakai. Nah kita cenderung lebih mudah memberi saran kepada saudara kita apa-apa saja yang bisa diberikan sebagai sumbangan. Kalau milik kita, wah ini masih terpakai, ini masih aku suka, ini mahal lho dan masih bagus.
Dalam bagian firman Tuhan ini, rasul Yohanes memberikan contoh praktis bbagaimana kasih yang nyata yang melampaui diri. Saudara butuh sesuatu sedangkan ktia punya yang dibutuhkannya. Dan kita tidakmau memberi, itu sama artinya kita menutup hati kita kepadanya, kasih dalam kita dipertanyakan.
Teladan yang diberikan oleh rasul Yohanes dalam mengasihi yang melampaui diri sendiri adalah kita bisa memberi diri kita bahkan menyerahkan nyawa kita bagi saudara kita. Baik itu saudara yang mengasihi kita, maupun saudara yang mungkin tidak mengasihi kita. Bukankah itu yang dilakukan Yesus bagi kita. Mengasihi kita dengan mau menyerahkan nyawanya bagi kita orang-orang yang tidak mengasihi dia.
Akhirnya rasul Yohanes memberikan kesimpulan bahwa kasih itu harus nyata dalam perbuatan dan dalam kebenaran. Kasih itu tidak hanya sekadar teori yang diajarakan, prinsip yang dipegang, tapi dipraktekkan. Kasih itu juga harus dipraktekan dalam kebenaran. Jangan karena mengasihi orang itu, maka orang itu yang salah kita benarkan sedangkan orang lain yang benar, kita salahkan karena kita tidak mengasihi dia. SSelalu membela anak kita yang jelas-jelas salah karena kita mengasihi dia.
Ada banyak tanda yang menyatakan identitas kita dalam kehidupan kita. Misalnya kita menggunakan cincin kawin itu menyatakan bahwa identitas kita adalah sudah menikah.kita menggunakan kalung/ anting salib dapat menyatakan bahwa identitas kita adalah orang Kristen. Meskipun hal ini sudah tidak menjadi jaminan identitasnya benar. Karena ada banyak orang yang menggunakan kalung salib hanya sebagai aksesoris penampilan belaka. Padahal orangnya tidak Kristen, malah beragama lain.
Nah, pada perikop kita, firman Tuhan dalam 1 Yoh 3:10 Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis: setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya.
Menyatakan bahwa tanda yang menyatakan identitas kita sebagai anak Tuhan adalah : berbuat kebenaran dan mengasihi saudaranya.
Secara khusus dalam hal mengasihi saudaranya, Rasul Yohanes menyatakan bahwa sebagai anak Tuhan harus saling mengasihi dan ini sudah diberitakan jauh sebelumnya, sudah diajarkan oleh Tuhan Yesus sebelum Ia ditangkap, disalib. Yohanes 13:34-35 adalah perintah baru kepada murid-muridnya bahwa mereka harus saling mengasihi sama seperti Yesus sudah mengasihi mereka. Bahkan Tuhan Yesus menyatakan bahwa ketika murid Tuhan saling mengasihi, semua orang akan menjadi tahu bahwa kita adalah murid Yesus. Sebaliknya, orang akan mempertanyakan identitas kita sebagai murid Yesus ketika dalam kehidupan kita, kita tidak memiliki hidup yang saling mengasihi dengan saudara kita.
Oleh karena itu, firman Tuhan dalam 1 Yoh 3:11-18 ada 2 hal prinsip bagaimana kasihku dan kasihmu ini dalam kehidupan bersaudara/dalam kehidupan keluarga.
1. Kasihku dan kasihmu harus mengatasi/melampaui keadaan benar/salah (ay.12).
Dalam bagian ini, rasul Yohanes mengingatkan kita kepada perbuatan dosa kedua yang terjadi dalam keluarga pertama, keluarga adam dan hawa di mana Kain membunuh Habel, adiknya karena di dapati perbuatan Habel dalam memberikan persembahan kepada Tuhan dinilai Tuhan sebagai perbuatan yang benar, sedangkan perbuatan Kain dalam memberikan persembahan kepada Tuhan di nilai Tuhan sebagai perbuatan yang tidak benar. Kain salah sedangkan Habel benar. Keadaan ini membuat, Kain marah dan membunuh Habel.
Saling mengasihi dalam kehidupan orang Kristen harus melampaui keadaan benar/ salah dari orang lain. Jika aku benar dan dia salah, maka yang harus kita lakukan sebagai bukti nyata kasih kita adalah memberikan pengampunan dan penerimaan kembali. Contoh dalam kehidupan keluarga, ada kisah Hosea dan Gomer. Hosea memberikan pengampunan dan penerimaan kembali kepada Gomer yang sudah berulang kali tidak setia kepada Hosea dengan menebus Gomer dan membawanya pulang untuk diterima kembali sebagai istrinya. Dalam hubungan ortu dan akan, kisah anak yang hilang menyatakan meskipun anak berbuat salah, Bapa yang benar memberikan penerimaan kembali dan memberikan pengampunan. Jangan seperti sikap anak sulung yang sama dengan sikap Kain. Marah dan tidak terima.
Jika aku salah dan dia yang benar, maka aku belajar untuk menerima diri bahwa memang aku salah dan dia yang benar. Kalau kita tidak bisa terima keadaan bahwa aku salah dan dia benar, maka sulit bagi kita untuk mengasihi dia yang benar itu. Dengan demikian kita akan tetap utuh menjadi satu keluarga.
Sejak dulu Firman Tuhan melalui rasul Yohanes sudah menyatakan bahwa prinsip saling mengasihi ini sangat berbeda dengan prinsip dunia ini. Sehingga kita tidak perlu heran jika banyak orang mungkin protes akan sikap kita yang masih juga mengasihi saudara kita yang sudah melakukan tindakan-tindakan yang salah. Rasul Yohanes menyatakan dengan tegas ketika keadaan benar/ salah ini membuat kita tidak mengasihi saudara kita itu membuktikan bahwa kita ini masih tetap ada dalam maut dan belum berpindah dari maut kepada hidup. Dengan kata lain, kita ini belum memiliki Kristus dan kasih-Nya dalam hidup kita. Juga ketika kita membenci saudara kita, kita disamakan dengan pembunuh manusia. Karena dengan kebencian yang ada, manusia bisa membunuh orang lain.
2. Kasihku dan kasihmu harus mengatasi/ melampaui diri sendiri (ay 16-17).
Dari bagian firman Tuhan ini mengasihi yang mengatasi/ melampaui diri sendiri adalah dalam hal memberi diri. Memberi apa yang ada dalam diri kita, apa yang kita miliki.
Memberi orang lain dengan sesuatu yang ada di luar diri kita/ yang bukan milik kita itu sangat-sangat mudah. Misalnya ketika korban bencana Tsunami di Mentawai, kita diminta untuk kumpulin baju layak pakai. Nah kita cenderung lebih mudah memberi saran kepada saudara kita apa-apa saja yang bisa diberikan sebagai sumbangan. Kalau milik kita, wah ini masih terpakai, ini masih aku suka, ini mahal lho dan masih bagus.
Dalam bagian firman Tuhan ini, rasul Yohanes memberikan contoh praktis bbagaimana kasih yang nyata yang melampaui diri. Saudara butuh sesuatu sedangkan ktia punya yang dibutuhkannya. Dan kita tidakmau memberi, itu sama artinya kita menutup hati kita kepadanya, kasih dalam kita dipertanyakan.
Teladan yang diberikan oleh rasul Yohanes dalam mengasihi yang melampaui diri sendiri adalah kita bisa memberi diri kita bahkan menyerahkan nyawa kita bagi saudara kita. Baik itu saudara yang mengasihi kita, maupun saudara yang mungkin tidak mengasihi kita. Bukankah itu yang dilakukan Yesus bagi kita. Mengasihi kita dengan mau menyerahkan nyawanya bagi kita orang-orang yang tidak mengasihi dia.
Akhirnya rasul Yohanes memberikan kesimpulan bahwa kasih itu harus nyata dalam perbuatan dan dalam kebenaran. Kasih itu tidak hanya sekadar teori yang diajarakan, prinsip yang dipegang, tapi dipraktekkan. Kasih itu juga harus dipraktekan dalam kebenaran. Jangan karena mengasihi orang itu, maka orang itu yang salah kita benarkan sedangkan orang lain yang benar, kita salahkan karena kita tidak mengasihi dia. SSelalu membela anak kita yang jelas-jelas salah karena kita mengasihi dia.
posted from Bloggeroid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar